September 11, 2016

Teruntuk Calon Mertuaku

Ibu, Ayah...

Inilah aku seseorang yg telah dipilih putramu sebagai menantu untuk kalian..
Aku bukanlah perempuan yang berasal dari keluarga berada,
Aku hanya terlahir ditengah-tengah orang yg biasa dalam kehidupan yang sederhana, dan aku pun bukanlah seorang perempuan kota juga bukan perempuan yg ahli dalam agama..

Ibu, Ayah...

Aku bukanlah perempuan yang pandai bergaya, sepertinya aku pun tak secantik perempuan lain pd umumnya,
Disamping itu pula aku belum begitu mengerti tata cara membangun Rumah Tangga seperti yang tlah kalian bina..

Maafkan aku, Ibu.. Ayah...
Bila apa yang ada dalam diriku tak seperti apa yang kalian mau..

Ibu, Ayah...

Walau aku tidaklah sesempurna menantu yg lain, ku harap ibu dan ayah sudi mengajariku berbagai macam hal yang akan membekali hidupku untuk ke depannya..
Agar aku bs membahagiakan putramu,
Layaknya Ibu dan Ayah yang selalu mengharapkan kebahagiaan..
Serta aku bs menjadi istri yang tak kan mengecewakanmu dan mampu menjadi ibu yang baik utk cucu-cucu mu kelak..

Terutama untukmu Ibu,

Walau putramu telah memilihku,
Walau kini cintanya untukmu tlah ia bagi denganku,
Aku tak kan merebutnya dari pelukanmu ibu..
Akan aku pastikan rasa cintanya kepadamu lebih besar dari pada untukku..
Dan akan ku pastikan dia selalu mendahulukan mu dr pada aku,
Krn bagaimanapun surganya tetaplah berada dibawah telapak kakimu..

Ibu, sudikah engkau utk sama-sama mencintai dan menjaga putramu bersamaku..??

Ibu dan Ayah yang aku sayangi,

Akan kucintai ia seperti kalian mencintainya,
Walau rasa cinta dan kasih sayangku tak sebedar rasa cintamu padanya,
Namun aku akan berusaha untuk tidak menyakitinya ataupun mengecewakan nya,
Dan aku akan selalu patuh padanya..

Ibu..
Izinkan aku menjadi belahan jiwa putramu,
Ridhailah kami untuk membina Rumah Tangga yang bahagia sepertimu bu,
Dan doakan lah kami agar Allah SWT selalu melindungi keluarga kecil kami dalam keadaan apapun..

😊

Mei 29, 2016

Hijrah

"Apaa....????" kaget ku seketika.

"Oca segera kesana yah, tunggu oca.. Oca mohon.." isak tangis ku pecah.

Niat ku untuk berangkat ke kantor pun beralih ke bandara dan segera terbang ke Yogyakarta.

--

Dengan tergesa gesa aku memasuki bandara dan memesan tiket yg tersedia pada hari itu juga.

Yaa, aku baru saja mendapat kabar bahwa Ibu ku meninggal. Tanpa sakit, tanpa keluhan sebelumnya..

Bisa kalian rasakan, pagi ini seketika berubah menjadi mendung. Pikiran ku kalut, hatiku resah, sedih.

Akhirnya aku mendapat tiket pagi itu juga, didalam pesawat yang aku inginkan hanya segera sampai di yogya melihat ibu ku untuk terakhir kalinya.

--

Tiba dibandara, aku segera naik taxi untuk segera sampai di rumahku.
Rumah yg jarang sekali aku kunjungi.

Perkenalkan dahulu namaku "Putriana Yossa Wigusman", Aku bekerja di kota BALI, Sebagai Supervisor Procurement.
Dimana waktu ku dalam sehari bisa dihabiskan hanya untuk bekerja.

Aku gelisah, tangisku pecah seketika ketika melihat dr kejauhan sudah banyak karangan bunga.
Aku turun dr taxi dan tangis yg aku tahan, pecah, kaki ku gemetar, hatiku hancur, air mata sudah deras dan bahkan untuk melangkah pun aku tak kuasa.

Aku memasuki pintu, dan kulihat jenazah ibuku sudah terbaring dengan ditutupi kain putih diwajahnya.
"Ibuu...." tangis ini makin menjadi.

Ku peluk tubuhnya yang sudah terbujur kaku, aku peluk erat, aku buka kain penutup diwajahnya, aku makin tak kuasa melihat nya.

Seketika aku teringat pesan ibu terakhir beberapa hari lalu,

"Ca.. Jaga kesehatan.. Tidur yg cukup. Ibu capek deh ingetin kamu tuh untuk istirahat badan kamu th.."

Yaa, itu pesan terakhir nya.. Yang tak ku gubris..

Ayah ku mendekatiku,

"Ca.. Sudah nak.. Ibu pergi dengan tenang..." ayah ku mencoba menenangkan ku.

"Ibu.. Ibu.. Ayah ibu..." peluk ku.

"Ibu sudah menyusul Opa Ca.. Jangan ditangisi biarkan ibu pergi dengan tenang.. " ayah lagi lagi menenangkan ku.

--

Pemakaman ibu dikebumikan pada sore harinya, aku, ayah dan semua keluarga mengantar jenazah ibu ketempat terakhirnya.

"Oca.. Yang sabar nak.. " ucap dr Om Lendi.

Om lendi adalah sahabat Ayah ku. Dia orang yg begitu dekat dengan keluargaku.

"Iya om.. Makasih om.." jawabku dengan terisak.

"Ca. Kamu yang tabah yaa.." anak om lendi, Gilang Ramadhan.

"Makasih lang.. Doakan yaa.." jawabku masih dengan tangisan.

Hingga satu persatu orang meninggalkan pemakaman ibuku.

"Ca.. Ayo pulang.."

"Iya yah" jawabku tetap membatin dalam hati.

--

"Yah, oca ke kamar dulu. Mau ganti baju.." suaraku datar

"Iya nak.." ayah melihatku berlalu menuju tangga dengan ekspresi datar.

Aku melirik ke kamar yang cukup lama tidak ku tempati, aku menemukan foto kami sekeluarga dan tanpa diduga air mata lagi lagi jatuh ketika melihat sosok ibu ku yg memiliki wajah yg teduh..

Aku dekati foto itu,
"Ibu... Maafin oca.  Yg gk pernah mau pulang.. Maafin oca bu.."

Disaat tangisan yg pecah, hp ku berdering dan ku lirik dimeja riasku.

*rina memanggil*

"Iya rin.. Assalamu'alaikum.." jawabku dengan berusaha menahan tangisan.

"Udah kelar pemakaman nya ca..?" tanya rina

"Udah rin, baru aja gue pulang.. Bos gak marah kan yaa..?" masih dgn meneteskan air mata

"Gak. Dia gak marah.. Malah dia bilang kamu kelarin urusan disini dulu.." jawab rina

"Yaa syukurlah.. Ntar deh gue tlp bos.. Tadi gk sempet banget.." aku hapus air mata ku.

"Yaa udah, lue yg kuat yaa.. Gue doain dr sini.." rina menenangkan.

"Thankx rin.. Udah dulu yaa, gue blm sempet bersih-bersih.."

"Okey. Ntar klo ada apa2 ksh tau gue.. Bye.." tutupnya.

*huft..* helaan nafas panjang.

Aku menghapus air mataku, dan beranjak mandi.

--
"Ca.. Oca.." suara kakak angkat ku, Dio, Putra Aldio Wigusman.

Sekilas ku jelaskan, kak dio adalah kakak angkatku, sebelum aku ada ditengah keluarga ini.
Kak dio adalah anak dari panti asuhan yang sengaja diadopsi oleh ibu dan ayahku, karena pada saat itu mereka termasuk sulit untuk mendapatkan anak.

Kak dio adalah sosok yang baik, sayang kepadaku. Dia bekerja sebagai PNS di kantor Gubernur kota Jakarta.

"Iya bang.." aku membukakan pintu kamarku.

Aku memeluk bang dio dengan menangis.

"Udah dek.. Jgn nangis... Kan masih ada abang.. Ayah.." bang dio berusaha menghapus air mataku.

"Iya bang.." aku berusaha hentikan kesedihan ini.

"Belum makan kan..? Kita makan yuk dibawah, nanti mau tahlilan abz maghrib.. Ntar kamu sakit lg.." bang dio mengajakku turun.

"Udah makan bang tadi dibawain sm si mbok.." jawabku senyum.

"Yaa udah, abang kira kamu belum makan.. Cepet turun gih yaa.. Abang tunggu dibawah yaa dek.." bang sio senyum.

"Iya bang.."

Bang dio meninggalkan kamar ku dan segera turun kebawah.

Lagi lagi, hp ku berdenting.
"Udah kelar acara pemakaman nya ca..?"

Bbm masuk dr temen dekatku, Mas Aldi.

"Udah mas.. Baru aja kelar.." balasku dan segera ku tinggalkan hp ku, sementara aku turun ke bawah untuk tahlilan ibuku.

Ku jelaskan secara singkat, mas aldi adalah teman ku di Bali, klien ku dr perusahaan yang berbeda.
Aku dan Mas Aldi sudah dekat dari 4 bulan lalu, namun aku dan dia belum ada hubungan yg jelas.

Hingga membuatku sedikit jengah.

--

Aku turun, mendekati Bang Dio.
"Bang.. Ayah dimana..?" tanya ku.

"Di depan dek.. Dek, itu ada Gilang.. Kamu temuin gih.." Lirik Bang Dio ke Gilang, anak dr temen deket ayah.

"Apaan seh bang.. Abang ajalah.. Males.." sedikit manyun.

"Ett dah, Abang jaga tamu di dalem dek.." Bang Dio mendorong ku untuk segera menghampiri Gilang.

"Ich.. Iyaa.. Iyaa.. Gak pke didorong jg Bang.." badanku berbalik menghadap Bang dio dengan sedikit kesal.

Akhirnya aku berjalan mendekati Gilang.
"Heii.. Ehm.. Makasih yaa dah datang kesini.." ku buka obrolan.

"Iya ca.. Eh, kapan sampe kesini nya ca..?" tanya gilang.

"Tadi pagi lang, langsung terbang dr Bali.. Buru2 kesini.. Kaget seh.." aku mempersilahkan gilang duduk.

"Hmm.. Gitu.. Cuti yaa..? Sampe kapan..?" tanya gilang

"Mungkin sampe hari ketujuh lang.. Gilang sendiri, lagi cuti yaa..? Kok bisa ke yogya..? Bukan nya kita kerja nya satu kota kan..??" tanya ku dgn banyak nya pertanyaan.

"Hehe.. Iya Ca, lagi cuti.. Tadi di tlp papa, katanya tante meninggal (ibu nya Oca), jd skalian cuti juga lah.." jawab gilang dgn tawa khas nya.

"Terus..?" tanyaku lagi.

"Dan.. Kita satu kota, hanya saja kamu sibuk sih.. Jadi gak pernah bisa ketemu kamu.. Tapi, aku tau..." jawabnya terpotong

"Tau apa lang..???" tanyaku bingung.

"Gak jd Ca.." senyum nya.

"Ich apa seh Lang.." blm sempat aku teruskan tanya ku, Bang Dio memanggilku dan Gilang.

"Dek, Gilang.. Masuk cepet.. Dah mau dimulai.." teriak Bang Dio.

"Ee.. Iya bang.." jawabku.

Aku dan gilang bergegas masuk ke rumah bersama Gilang dengan pertanyaan yang menggantung.

--

Hari ketujuh, hari dimana aku harus meninggalkan kembali ke Bali dan bekerja setelah aku kehilangan Ibuku.

Aku termenung dikamarku, dengan menyiapkan barang bawaanku untuk kembali bekerja.

"Tok.. Tok.." suara seseorang mengetuk pintu kamar ku.

"Masuk.." jawabku

"Ca.. Udah disiapkan smua barangmu..?" ayah masuk ke kamarku.

"Ini lagi disiapkan yah.. Kenapa yah..? Bang Dio sm ayah nanti yg nganter Oca ke bandara kan..?" tanyaku dengan tetap berkemas.

"Iya nanti ayah sm Dio anter kamu.." jawab ayah dengan melihat wajahku.

"Tiketnya udah ada kan yah..?" tanyaku dan berbalik melihat wajah ayah.

"Ayah titip tiket sm Om Lendy.. Katanya Gilang yg beliin tiket untuk kalian berdua pulang.." ayah tersenyum.

"Apa...?? Jadi Oca bareng Gilang gt yah..?? Ayah kok ngerepotin mereka sih.. Kan Oca gak enak.." aku berhenti berkemas berubah duduk dan sedikit kesal.

"Oca.. Ayah yg nitip tiketnya sm mereka. Kan kamu tau, ayah sibuk banget.." jawab ayah menenangkan ku.

"Iyaa yah.. Iyaa.. Malem kan yah..?" senyum ku dengan melirik ayah.

"Iya nak, selepas acara tahlilan. Ya udah, ayah ke bawah dulu ya.." ayah meninggalkan kamar.

Huft..
Tarikan nafasku panjang.
Ayah dan Om lendi memang berusaha untuk mendekatkan aku dengan Gilang. Tapi, mereka tidak memaksa.. Maka dari itu, dibuat sedemikian rupa agar aku dan Gilang jadi dekat.

Tetapi, aku tidak ingin hal itu terjadi. Karena yang aku tau, menikah itu harus ada rasa sayang antara satu sm yang lain dan aku tidak menemukan rasa itu kepada Gilang.

Aku memang tidak memiliki kekasih, sampau detik ini pun aku masih sendiri. Terakhir aku menjalin hubungan dengan seseorang pun beberapa tahun lalu dan hingga detik ini aku belum bisa mencari penggantinya.
Bukan berarti tidak move on, hanya saja aku belum menemukan kecocokan kepada mereka yang tengah dekat denganku.

Bang dio pun sudah merencanakan pernikahan dengan Kak Elsi. Seorang Dokter yang tengah dinas di salah satu Rumah Sakit di Jakarta.
Kak Elsi baik, sejauh ini dia aangat baik dan sangat peduli dengan ku.

--

Acara selesai.
Ini adalah saat terberat ku untuk meninggalkan ayah sendirian dan kenangan ibu dirumah ini.
"Bu.. Oca harus pamit... Oca pasti akan pulang lagi.." air mata ku lagi lagi menetes ketika aku melihat foto ibu.

"Dek.. Hayoo.. " bang dio melihatku dan menghampiriku.

"Iya bang.. " aku melirik bang dio dan menangis memeluknya.

"Abang janji bakal sering pulang..." bang dio menenangkan ku.

"Iya bang.." aku beranjak dr kamarku dan segera berangkat.

Diperjalanan, aku hanya diam.. Pikiran ku berkecamuk, hatiku gelisah.
Bang dio tau akan kegelisahan ku, aku begitu berat meninggalkan kota ini.
Tetapi, aku tak bisa utk tidak menyelesaikan pekerjaan ku selama 1 pekan yang ku tinggalkan.

"Ca.. Disana kamu harus jaga kesehatan.. Ngerti." ayahku menasihatiku dan aku tidak mendengar krn aku terlalu sibuk dengan segala pikiranku.

"Dek.. Oca...!!" bang Dio menyadarkan ku dr lamunan ku.

"Eh.. Iya bang.." aku tersentak.

"Kamu dengerkan apa kata ayah.." tanya bang Dio.

"Iya bang.. Iya yah.." jawabku lagi lagi dengan datar.

Setibanya dibandara, Om Lendi dan Gilang sudah menunggu di depan.

"Hei len.." ayah ku mendekat.

"Nah.. Oca udah datang.. Ini tiketnya..." om lendi menyerahkan tiket ku.

"Oh.. Iya om.. Makasih om.. Kasih sm Gilang aja Om.. Biar skalian..." senyum ku mengarah Gilang.

"Iya yaa.. Gilang.. Ini tiketnya.. " om Lendi menyerahkan tiket kepada Gilang.

"Eh om.. " bang Dio memberi salam kepada Om Lendi.

"Haii Dio.. Kapan pulang Dio nya..?" tanya Om lendi.

"Besok om.. Pagi2 banget.." bang Dio senyum.

Ditengah obrolan mereka, aku memutuskan untuk masuk.

"Yaa udah, kayaknya bentar lagi pesawat kita tiba deh lang.." aku melirik jam.

"Oh iya.. Ya udah.. Pa.. Om.. Dio.. Kami pamit dulu..." gilang memeluk Om lendi, ayahku juga bang Dio.

"Yah.. Bang.. Oca pulang yaa.. Jaga diri kalian.." aku memeluk ayah dan Bang Dio.

"Iya Ca, ayah sm Bang Dio bakal jaga kesehatan.." ayah dan Bang Dio menenangkan ku.

"Om.. Oca pamit yaa..." aku pun memeluk Om Lendi.

"Iyaa.. Jangan banyak pikiran yaa.." om lendi tau apa yang aku pikirkan.

Aku ingin teriak, aku masih belum bisa menerima bahwa aku saat ini sudah tidak memiliki Ibu lagi.
Aku masih belum ikhlas. Aku sedih. Aku tak mengerti.

"Iya om.." air mataku menetes.

Dan aku masuk ke bandara bersama Gilang

"Lang.. Aku..." aku terhenti.

"Kenapa Ca..?" Gilang menatapku.

"Aku masih..." belum sempat aku teruskan, aku sudah menangis.

"Udah ca.. Aku tau.. Kamu yg kuat yaa.. Kasihan ibu.. Dia pasti sedih klo kamu sedih.." Gilang menghapus air mataku.

"Iya lang.. Maaf.." aku menghapus air mataku.

Ini adalah saat terberatku, ketika aku tau aku seorang anak Piatu.
Ibu, ibu yang dibawah telapak kakinya adalah Surga ku. Dimana senyum nya adalah pahala ku. Dimana pelukan nya adalah tempat ternyamanku.

Kini, smua telah tiada.. Surgaku, pahalaku, tempat ternyaman ku.

--

Tiba lah kami di Bali, Gilang mengantarku ke tempat kost ku.

"Lang.. Thanks banget yaa.." aku senyum

"Iya sama sama... Dah kali ah.. Manyun mulu.. Senyum.. Masa depan menanti.." tawa nya.

"Hihi.. Iyaa.  Iyaa.. Aku melow gini.." tawa kecilku

"Yaa udah, istirahat gih.. Dah malem.." Gilang turun dan membuka pintu mobil.

"Skali lagi thanks lang.." pamit ku.

--

Pagi hari tiba, dimana aku harus kembali bekerja sedangkan hati dan pikiran ku berasa kosong.
Aku merasa mati rasa, setengah dari nyawaku hilang, hingga aku selalu merasakan pertanyaan ynag timbul dihatiku.

"Eh, Ca.. Dah pulang..?? Kapan..???" rina melihatku dibawah.

O iya, aku dan rina adalah sahabat dekat.
Kamk dipertemukan ketika aku bekerja di Jakarta, dia dan aku sama2 menduduki posisi yang sama.
Dan persahabatan terjalin dari saat itu, pulang pergi bekerja selalu bersama, hingga pada akhirnya kami memutuskan untuk bekerja di pulau Bali.
Smua cerita hidup ku dia tau, dan smua cerita hidupnya pun aku mengetahui.

"Iya rin, gue dah pulang.." senyum ku kecil.

"Loe baik2 aja kan..?" tanya nya heran.

"Yaa iyalah.. Udah ah, mo kerja gak.. Hayu.." aku menutup rasa gelisah ini dengan nya.

"Iyee lah.. Masa gak.." dia masuk mobil.

Disepanjang perjalanan aku berusaha menutup rasa gelisaj yang berkecamuk dihatiku, semenjak Ibu tiada. Rasa ini muncul. Selalu banyak pertanyaan yang aku buat.
Hingga membuat ku hilang arah.

"Done.. I'm come back..." aku parkirkan mobil dan melihat lurus kantor yang aku naungi dua tahun ini.

"Hah. Gaya loe.. Udah turun.. Cepetan.." rina turun lebih dulu..

Aku memasuki kantor ini, kantor yang dua tahun terakhir aku berikan smua dedikasiku.
Tapi, aku merasa asing. Aku lihat disekitar, aku tak menemukan ketenangan, yang aku lihat seolah-olah mereka melirik ku dengan begitu aneh.

"Pagi bu.." sapaan ini sangat tak asing ditelingaku.

"Pagi bli.." balasku dengan senyuman.

Bli lian adalah OB disini, dia asli orang Bali. Dan dia termasuk orang yg sangat sopan dan baik juga ramah.

"Saya turut berduka yaa bu.." seketika wajahnya berubah murung.

"Iya bli.. Makasih.. Tp oca udah gak kenapa2 kok.. Selamat bekerja bli.." aku berusaha tersenyum kepada smua yang ada.

Akhirnya aku memasuki ruangan ku, yang tidak terlalu besar, tetapi disini menjadi ruang pribadiku.
Lagi lagi, aku merasa asing dgn ruangan ini.

"Yaa tuhan, ada apa dengan hati ini.." lirihku dalam hati sembari duduk dikursiku.

--

Jam makan siang tiba, aku mencari tempat untuk makan siang tetapi tiba tiba aku melihat perkumpulan anak anak berombongan untuk mengaji.
Aku berhenti, menatap mereka.
Aku perhatikan, aku melihat seorang ustadzah, pakaian nya begitu syar'i. Dengan refleks, aku ingin turun dan menemui wanita itu.
Tapi aku masih belum berani dan aku mengurungkan niatku, kembali aku tutup pintu mobilku dan melajukan mobil ku dengan perlahan tetapi tatapanku masih menuju wanita itu hingga tatapan itu jauh dan menghilang.

Aku kembali ke kantor dan mengurungkan untuk mencari makan siang.

"Bli lian, bisa tolong pesankan saya makan dibawah..?" aku tlp bli lian.

Aku kembali menghela nafas panjang dan bersandar dikursi, tiba2 rina masuk dan melihatku sedang menatap langit2 ruangan ku tanpa tau dia masuk ke ruanganku.

"Ca.. Hei ca.. Lue dr mana.. Gue cariin juga.." rina duduk dan aku tak bergeming.

"Ca.. Eh lue kenapa seh..." dia memukul meja ku dan aku tersadar dari lamunanku.

"Eh loe rin, kenapa..?" dengan tatapan yang dingin aku melihatnya.

"Lue kenapa seh dr tadi gue liat murung terus.." rina mendekat.

"Gak lah.. Ngarang.." aku pura pura melihat emailku.

"Yakin..???" rina makin melihat jelas wajahku.

"Iyaaaa.. Udah ah.. Gue mo kerja lagi.. Balik gih ke ruangan lue.." aku masih dengan kepura puraan ku.

"Okey.." dia meninggalkan ruanganku.

Aahh...
"Akhirnya dia keluar juga dan aku tidak perlu berpura pura lagi.." pikirku dengan wajah yang lega.

Tak lama kemudian bli lian masuk, dan mengantarkan makanan.
"Bu oca, maaf boleh saya tanya..?" bli lian masih berdiri dihadapanku.

"Ada apa bli..?" aku melihatnya.

"Menurut saya, ibu oca lagi gelisah.. Ada apa bu.. Maaf bu kalau saya salah.." tanya nya.

"Iya bli, jujur saya merasa kosong bli setelah ibu saya meninggal.. Saya jadi ngerasa ada yang hilang.. Ntah kenapa.." jawabku dengan melihat foto keluarga ku di meja.

"Coba untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa bu.. Mungkin akan ibu dapatkan ketenangan itu.." bli lian serius.

"Iya bli.. Mungkin saya yg mulai menjauh.. Makasih bli.." senyumku.

"Mari saya pamit dulu bu.." pamit bli lian.

Tersentak rasanya ketika bli lian berbicara seperti itu, aku merasa bli lian benar.
"Yaa tuhan, apa benar akan hal itu..?" makin menjadi jadi pertanyaan ini.

--

"Ca gue pulang duluan yaa... Ada janji sm Adit.." rina tergesa gesa.

"Iya..." jawabku.

Aku pun segera merapikan meja ku, absen dibawah dan segera menuju parkiran.

"Ahh.  Aku kembali ke tempat tadi. Yaa.. Aku akan kesana... " pikirku.

Dengan melajukan arah mobilku, aku teringat akan perkataan bli lian bahwa aku harus mendekatkan diri kepada Tuhan.
Tiba tiba hp ku berdering, aku melihat Gilang yang memanggil.

"Hallo..." jawabku.

"Lg dimana ca.." tanya nya.

"Baru mau pulang lang.. " balasku

"Oo.. Ya udah.. Ntar malem aku kesana.. Boleh..?"

"Owh.. Agak malem yaa.." jawabku lagi

"Okey. Bye.." tutupnya.

Akhirnya perjalanan ku sampai ditempat yang tadi, aku beranikan diri untuk memasuki masjid yang ramai akan anak kecil.

Aku melangkahkan kaki, dan duduk di belakang mereka.

"Ahh.. Untungnya ibu itu belum pulang.." desahku dihati

Tak lama kemudian, anak2 yang sedang belajar tersebut satu persatu pulang..
Dan aku masih duduk disudut masjid, dengan mencoba melafalkan ayat Qur'an.

"Assalamu'alaikum dik.." sapa wanita itu.

"Wa'alaikumsalam bu..." senyum ku dan ku selesaikan bacaan ku

"Sedang apa disini dik..? Sepertinya saya baru melihat adik disini.." tanya sang ibu yang memiliki wajah teduh.

"Iya bu.. Saya tengah mencari ketenangan hati.. " aku tertunduk

"Saya boleh duduk disini..?" tanya nya

"Silahkan bu.." aku mempersilahkan dia duduk

"Maaf, kenapa adik mencari ketenangan..? Apa ada masalah..? Oh iya asal nya dari daerah sinikah..?" tanya nya dgn senyum khas nya

"Saya Oca bu, sepekan kemarin ibu saya meninggal, sejak itu saya merasa hati saya kosong, saya merasa surga yang ada dibawah telapak kaki ibu sudah tidak berlaku lagi untuk saya, saya merasa ladang pahala untuk saya sudah tertutup dan saya merasa tiada lagi doa yang makbul yg akan sya dapati lagi.." seketika air mata ku jatuh.

"Hem.. Dik, apakah ada penyesalan yang mendalam yang belum sempat adik berikan kepada almarhumah..?" tanya nya serius

"Yaa bu, ibu saya selalu bertanya kapan menikah.. Dan saya tidak pernah gubris akan hal itu, ibu saya selalu menuntut saya untuk berubah dan segera menikah, krn kakak saya bulan depan akan menikah.. Dan ibu meminta selalu kepada saya agar saya segera menikah tidak lama dr kakak saya.. Dan hingga detik dia meninggal, saya blm bisa mengabulkan pemintaan nya... Saya lalai, saya lalai, saya begitu mengejar dunia sehingga saya lupa surga yang paling dekat dngan saya.." akhirnya tangisanku pun jatuh.

"Tenang dik, saya lihat ada kemauan dari dalam dirimu.. Cobalah mendekatkan diri kepada-Nya.." dia menenangkan ku

"Iya bu.. Jujur bu, saya ingin sekali mengubah penampilan saya menjadi benar benar syar'i, saya ingin sekali menjaga aurat dan menjaga lisan atau pun tatapan saya.. Saya pernah berniat, ketika saya sudah menjadi istri maka saya akan mengubah penampilan saya seperti ibu... " aku menjawab dengan khayalku.

"Kenapa gak mencoba sekarang..?" senyum ibu.

"Saya terikat dengan pekerjaan yang menuntut saya untuk selalu bertemu dengan klien bu, saya sering juga turun ke lokasi proyek.." aku terhenti.

"Beranikah untuk berhenti dan mengikuti kemauan mu dan membuatnya menjadi nyata..?"

"Lantas, rejeki bukan kah harus dicari juga bu..?" tanya ku

"Iyaa.. Maksud saya dengan memakai syar'i bukan berarti kita tidak bs berkreasi dik.." jelasnya

"Iya bu.. Bisa juga.. Lantas apakah dengan saya mengubah tampilan saya untuk menjadi lebih syar'i tidak menutup rasa ketertarikan dengan lawan jenis bu..?" tanya ku lagi.

Dia tersenyum.

"Dik, jodoh itu diatur oleh Allah.. Bukan ditentukan oleh modis atau tidak nya kita dalam berpakaian, ingat pesan nabi Muhammad SaW.
Kita menilai seseorang untuk menjadi imam kita ada 4 perkara, dari agamanya, harta nya, wajahnya juga latar belakang nya. Dan yang diutamakan dari agamanya maka kita akan mendapatkan Berkah dari-Nya.." jelasnya singkat.

"Iya bu.. Saya paham..." aku tersenyum.

"Besok datang lagi aja kesini dik, besok ada pengajian.." ajakan nya.

"Inshaa Allah bu.." jawabku dengan senyum lagi.

"Baiklah, karena sudah adzan maghrib.. Mari sholat dahulu.. Setelah itu adik bisa pulang dulu.. Saya liat adik terlalu lelah.."

Owh Tuhan, aku mendapatkan ketenangan disini. Yaa, benar.. KAU memanggilku untuk datang kerumah-Mu walau kadang dengan cari yang tidak aku sukai...

Aku menyelesaikan sholat maghrib dan bergegas pamit pulang kepada ibu Fani.

--
Ketika aku memasuki halaman, aku melihat mobil Gilang.
"Astaghfirullah.. Aku lupa.. Gilang pasti lama menunggu.." aku berlari kecil masuk kerumah

"Assalamu'alaikum.. Maaf gilang.. Lama yaa.. " tanya ku dengan sedikit ngos ngosan.

"Wa'alaikumsalam.. Gak ca.. Baru kok... Darimana.." dia mendekat.

"Dari ke suatu tempat lang.." senyum ku dan duduk diruang tamu.

"Oh.. Aku bawain kamu makan.. Pasti belum makan kan..?" dia memberikan bungkusan makanan.

"Yaa Allah.. Makasih lang.. Blm makan sih.." tawaku.

"Kamu baik baik aja kan..?" tanya nya disela kami makan.

"Iya.. Kenapa..?" tanyaku.

"Gak.. Aku kira kamu masih sedih.." dia melirik ku.

"Masih lah, cm tadi aku ke Masjid lang.. Dan aku dapet pencerahan dikit.." senyum sumringah ku.

"Oh yaa.. Syukurlah..." dia tersenyum.

Kami lanjutkan makan dan Ditengah kami ngobrol kecil, rina datang..

"Hei.. Malam..." sapanya.

"Malem rin.." jawab gilang.

"Eh ada gilang, makan berdua nih... "Tawanya dan duduk disebelahku.

"Apaan sih.. Dari mana lue rin..?" tanya ku

"Biasaa..." jawabnya genit.

"Ya udah masuk sana... Mandi.. "

"Iya non.. Saya masuk.. Ntar ngeganggu lagi.." rina beranjak dan masuk

Gilang hanya tertawa,

"Ya udah deh, aku pamit yaa.. Next deh aku main lagi.." gilang pamit.

"Iya makasih yaa lang..." aku mengantarnya sampai ke depan.

Aku segera masuk ke kamar dan membuka lemari ku, aku mencari baju yang pernah dikasih oleh ibuku. Baju syar'i yang baru satu kali aku pakai.

"Akhirnya masih bagus juga..." pikirku.

Aku segera membuka laptop ku dan ku buat surat resign dari kantor ku..
Tak lama kemudian aku tlp Bang Dio.

"Assalamu'alaikum bang, lagi dmn..?" tanyaku semangat.

"Dirumah dek... Kamu kenapa..?? Kok denger nya kayak bahagia banget.." tanya nya.

"Bang, Oca mau pulang ah.. Oca pengen buka usaha aja di Yogya atau tempat abang.. Boleh..???" jawabku.

"Serius..??? Usaha apa dek... Trus kerjaan kamu disana..???" tanya bang dio penasaran.

"Resign, nie udah buat surat resign.. Pengen usaha pempek atau Bakso bang.. Kan Om ali pinter th buat Bakso sm Pempek.. Jadi belajar dulu sm Om Ali, abis itu baru buka.."

"Oh.. Ya udah kalau maunya gitu, ntar abang cari lokasi nya.." bang dio mendukung

"Yes.. Makasih abang ku... Oca sayang abang... Oca matiin dulu yaa bang, assalamu'alaikum.." girang ku.

"Iya adikku... Wa'alaikumsalam.." tutupnya.

"Semoga besok lancar.." batinku

Akhirnya aku tutup hari itu dengan alhamdulillah dan segera tidur.

--
"Hei.. Lue mau kemana Ca..?" tanya rina heran melihatku memakai pakaian syar'i.

"Mau kekantor lah..." jawabku singkat.

"Serius..???" tanya nya.

"Iya.. Mau resign... " senyum ku.

"Hah..??? Resign..??? Trus lue mau kemana..???" tanya nya kaget.

"Mau pulang ke Jakarta, ikut Bang Dio.. Mau buka usaha.. Sambil mendekatkan diri ke Allah.." jawabku lugas.

"Yakin..??? Bukannya lue pernah bilang, lue bakal syar'i ketika lue menikah..???" tanyanya.

"Dimulai dr sekarang gak salah kan..??? Ini juga permintaan ibu gue dulu.." jawabku dengan menghidupkan mobil.

"Okey.. Gue dukung kalau gitu.. Tp lue kapan pulang nya..?? Gak hari ini kan..???"

"Tiket nya besok.. Eh mobil gue mau jual, lue bantuin yak... Ribet gue bawa ke yogya sana..." tetap fokus ku.

"Iyaa.. Iyaa..." jawabnya singkat.

Tiba dikantor, aku segera menghadap bosku.
Aku berbicara dengan pelan, secara rinci, singkat dan jelas dengan tujuan ku.

"Baiklah Ca... Saya ucapkan terima kasih krn kamu sudah banyak membantu perusahaan ini.. Saya cukup kehilangan karyawan seperti kamu.." dia mengulurkan tangan.

"Terima kasih pak... Semoga makin sukses juga pak..." aku jabat tangan nya dan berlalu meninggalkan ruangan nya.

"Terimakasih tuhan... Telah dilancarkan hari ini.." desisku dalam hati.

Aku kembali ke ruangan ku dan merapikan file file ku dan berpamitan kepada yang lain nya.

--
Aku pulang dan memulai bisnis ku di Jakarta, awalnya ayah ku heran dengan pilihan ini. Tetapi dengan keyakinanku, aku berhasil membuat ayah percaya dengan pilihanku.

Dengan menggunakan syar'i, aku membuka usaha ku, aku tinggal dirumah Bang Dio..

Bang Dio telah memiliki rumah pribadi dari hasil kerja nya, Ibuku sangat bangga kepada Bang Dio.
Karena bang dio adalah anak yang pintar, tidak pernah membuat ibu kecewa.

Aku meluruskan iman ku, aku membulatkan tekadul untuk lebih dan lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa juga menjalankan sesuai dengan ajaran-Nya.

Dengan perlahan, kegelisahan ku berubah menjadi ketenangan, pertanyaan ku sedikit demi sedikit terjawab, hanya satu.. Aku mendambakan seorang lelaki yang serius berani mengkhitbahku.

Hp ku berdering ditengah ramainya pelanggan dan aku melihat "ibu Fani" memanggil.

"Assalamu'alaikum bu.. Apa kabar..." sapaku bahagia.

"Wa'alaikumsalam.. Baik dik.. Kamu udah pindah yaa..?" tanya nya.

"Iya bu.. Sekarang buka usaha sendiri... Mengikuti kata ibu, rejeki dicari dengan berdagang yaa.. Hihii.." tawaku

"Hihi.. Iya dik.. Alhamdulillah... Yaa udah, jaga diri yaa... Assalamu'alaikum." tutupnya.

"Wa'alaikumsalam.."

Aku kembali melihat pengunjung ku, dan tak sengaja ku lihat Gilang ditengah keramaian itu.

"Gilang..???" aku heran.

Dia menoleh ku..
"Lho Oca...????" dia pun heran.

"Kok disini..???" bingung aku melihat nya.

"Ntar.. Kamu yang punya ini tempat..??? Terus.. Kamu sekarang...." dia menunjuk pakaian ku..

"Iya lang.. Aku hijrah.. Dan buka usaha disini.." jelasku dengan senyum.

"Alhamdulillah..." senyumnya.

"Yaa udah, silahkan makan.. Utk kali ini gratisss..." tawaku.

dan kita kembali dipertemukan.

--
Setelah setahun berlalu, usaha ku semakin berkembang dengan hijrahku.
Aku merasa bahagia, aku merasa Ibu selalu ada didekatku dan hubungan ku dengan ayah yang selama ini sedikit merenggang saat ini telah membaik.
Ayah sedikit demi sedikit mulai peduli dan terlihat rasa sayang nya kepadaku juga Bang Dio.

Oh iya, Bang Dio saat ini akan menjadi seorang ayah. Dia memiliki istri yang Cantik, seorang dokter, sama-sama Pegawai Negeri Sipil dan aku bahagia berada ditengah keluarga ini.

Tiba tiba, Gilang menemui ku di Kedai ku.

"Ca.. Kita cukup mengenal satu sama lain, boleh kah kalau aku mengkhitbah kamu..??" tegasnya dengan serius.

Aku tersenyum
"Silahkan menghadap ke Ayah lang.." jawabku singkat.

"Baik Ca.. " dia langsung pulang.

"Heii lang... Pesenanmu..." aku mengingatkan nya.

"Nanti aja.... Buatin aku special ketika aku mengkhitbah kamu..." teriak nya.

Aku hanya tersenyum.

--
Singkat cerita, akhirnya khitbah Gilang diterima dengan baik oleh keluarga ku.

Tanpa melalui pacaran, tanpa pendekatan yang intim, akhirnya kami disatukan ketika aku berhijrah dijalan-Nya.

Percaya atau tidak, aku percaya doa itu dikabulkan ketika aku pasrah dan tawakal.
Karena Allah telah berkata, "aku akan mengabulkan doamu secara langsung, menunggu dan aku simpan untuk nanti..."

Dan kali ini, aku mendapatkan doa ku dengan menunggu serta memperbaiki smua nya.
Hingga aku mendapatkan yang amat terbaik dari yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya.

Dan setelah menikah, Gilang menjadi pengusaha Yang sukses, sholeh dan Baik.
Dan aku, aku telah memiliki beberapa cabang kedai di berbagai kota.

Inilah ceritaku, inilah hijrahku.
Lantas, beranikah kalian berhijrah sepertiku..
Nikmat yang didapat akan sangat berkah.
Percayalah..

--  END  --

➡ note :
Cerita ini ku buat hanya sekedar khayalku..
Semoga bermanfaat bagi yang sedang terombang ambing ditengah kekosongan hati.

Mari berhijrah.
🙏🙏🙏

Maret 21, 2016

Alur Cinta Seutuhnya

"Ma.. Ma...." terlihat diraut mama ku yg bahagia ketika aku tiba di bandara.
"Ayin.." peluk rindu dari mama ku.
"Mama gak sama robbi..? " aku menanyakan adik ku.
"Gak.. Dia mau ikut, tp gak mama ajak.. Biar jaga rumah sm Umai.." jelas mama ku sambil memasukan koper ke bagasi.

"Ma.. Rumah udah beres..?" tanyaku
"Udah nak.. Tenang.. Semua udah beres.. Pulang ini kamu ckup istirahat, besok dandan yg cantik.. Okey sayang.." jelas mamaku.
"Aaa... I love u more mom..." aku memeluk mama ku yg sedang nyetir.

Tiba juga dirumah, aku lihat tenda sudah terpasang depan rumah, meja catering pun sudah ada, kursi pun sebagian sudah disusun..
"Ma.. Ini persiapan besok..???" tanyaku takjub.
"Yaa sayang, ini utk acara kamu... Special.." kedip mamaku.
"Owh great mom.. I like it.. Aaa... Amazing mom.." nada ku dengan rasa gembira.
"Syukurlah kalau kamu suka.." balas mamaku.
"Tapi ma.. Ini gak berlebihan..???" tanyaku dengan sedikit heran.
"Kenapa..??" mama ku menarik tangan ku.
"Ma.. Aku cm..." belum selesai pertanyaan ku mama ku sudah melihatkan aku tentang suasana dalam rumah.
"Wow... Cantik ma.." aku begitu terkesan melihat gaun ku dan memeluk mama ku begitu erat..

"Heii teh akhirnya balik lagi kerumah..." Robbi.. Yaa adik ku turun dan menyapaku.
"Iya dong.. Orang kangen sm umai.. Mana dia bang.." tanya ku ingin menggendong keponakan ku.
"Itu bentar lagi Opi juga turun.." jelas robbi.

Tak lama kemudian, opi turun.. Dan membawa umai, bocah kecil ku yg selalu aku rindukan..
"Haiii nak... Ibun teteh pulang ini.. Sini.." aku segera menghampiri umai.

Kalian tau, bocah ini.. anak dr adik ku..
Umai namanya, baru berusia satu tahun tapi kepintaran nya, gendut nya, itu yg membuatku tak bisa jauh dalam jangka waktu yg lama.
Akhirnya aku rangkul umai, aku gendong, aku cium.. Ah.. Begitu kangen nya aku pada bocah ini..

"Teh..bawa pempek gak..?" tanya Robbi.
"Ada bang.. Eh bang, kiki mana..?" tanya ku dengan melihat pintu kamar nya.
"Bentar lagi juga pulang teh, kan dia dah kerja di RS.." jelas opi (istri robbi).
"Owh yaa.. Mama koq gak cerita.." aku melirik mama masih dengan menggendong umai.
"Lupa nak.." mama tertawa.

Benar dugaan robbi, tak lama kemudian kiki pulang..
"Assalamu'alaikum.." dia masuk rumah.
"Wa'alaikumsalam.." jawab kami didalam.
"Nah teteh dah nyampe... Kapan sampe nya teh.." dia menghampiriku.
"Baru beberapa menit yg lalu dek.." senyum ku.

Owh iya, kiki ini adik kedua ku.
Karena aku anak pertama, kiki kedua dan robbi ketiga.. Namun, yg menikah terlebih dahulu ialah robbi.
"Ciee.. Yg mo tunangan.." ejek kiki duduk didekat mama.
"Hahaa.. Iya dong.. Yaa kan nak.." jawabku tersipu malu dengan mencium umai.

Bersenda gurau lah kami sekeluarga di ruang yang menjadi luas karena sebagian kursi dan barang dirumah telah di tata.

--
Malam hari tiba, aku menghubungi calon tunangan ku.
"Assalamu'alaikum, mas.. Mas dimana..?" tanyaku.
"Wa'alaikumsalam, mas masih dikantor dek.. Baru mau pulang.. Kamu udah nyampe rumah..? Maaf yaa, seharian mas gk kasih kabar.." jelasnya
"Iyaa.. Yaa udah, pulang gih.. Dah malem.. Istirahat langsung nanti yaa, biar besok gak kesiangan.." aku mengingatkan akan acara besok.
"Iya dek.. Nanti mas kasih kabar yaa kalau dah dirumah.. Mas pulang dulu.. Assalamu'alaikum.." tutupnya.

Setelah mendengar kabar nya pun, aku letakkan handphone ku dan menarik selimut ku untuk segera tidur.

--
Aku bangun lebih awal walau acara nya siang. Tapi setidaknya aku ingin mempersiapkan lebih awal.

Sebelumnya aku ceritakan terlebih dahulu, aku akan tunangan dengan karyawan bank salah satu yg terbaik di indonesia.
Dia orang jawa, ulet, giat dalam bekerja dan tegas dalam prinsip.
Awal nya aku dikenalkan melalui sahabat ku, ia teman semasa kuliah sahabatku. Namun, cukup lama aku memutuskan untuk menerima pinangan nya.
Krn sebelumnya aku mengharapkan kehadiran orang lain, yg berani meminangku. Tapi, kenyataan dan harapan memang terkadang tidak berjalan mulus.
Orang yg aku harapkan, hanya menganggapku sebagai adik.
Dari itulah aku akhirnya menerima pinangan dari mas ilmi.. Yaa itu namanya..

"Nak.. Turun gih.. Coba liat, bunga nya mau yg mana.." panggil mama ku dr bawah.
"Iya maa... " teriak ku dari kamar dan segera turun melihat mereka yg lagi pada ngumpul.
"Nie teh, kayaknya bagus yg ini deh.." kiki memberi saran.
"Iya dek.. Itu teteh suka.. Itu aja ma.." tunjuk ku di salah satu bunga untuk dihias didalam rumah.

"Teh..sarapan dl yuk.. Laper.." ajak kiki
"Hayu.. Kita cari sarapan yuk dek.. Bang mo ikut gak.. Opi ikut aja yuk.." ajak ku.
"Heii.. Pd mau kemana.." mama ku coba menghentikan kami.
"Mau cari sarapan ma... Bentar kok ." aku dan adik2 ku masuk ke mobil.
"Kemana kita.. " aku menghidupkan mobil dan memangku umai.

Dan perjalanan kami akhiri di salah satu taman yg tak jauh dr rumah untuk sembari sarapab dengan beraneka menu.

Seketika ada yg mengenaliku.
"Lho.. Ayin.." seorang pemuda berhenti ketika melihatku
"Eh.. Mas gus.." liat ku dengan cukup lama.
"Pulang yin.. Wah.. Ada angin apa ini.. Hhaa" canda mas gus.
"Iya mas.. Pulang.. Mau dilamar orang sih.." balasku dengan tertawa.
"Serius..??? Wah.. Aku gak diundang.." dia heran.
"Pasti diundang, bulan depan kok mas.. Mas sama siapa... Libur yaa..?" tanyaku dengan melihat dibelakang nya.
"Iya sndiri yin, iya libur juga... Hemz.. Kalau gitu aku tunggu undangan nya.." mas gus tertawa lagi.
"Iyaa.. Hari ini aku baru tunangan doang mas.. Datang yaa... Jam 2 nanti.." aku memberi tahu tentang acara ku.
"Serius.. Hari ini.. Wah.. Kebetulan, aku lagi cari pempek.." tawanya.

--
Sepulang dr sarapan, aku dan adik2 ku bergegas menyiapkan diri untuk acara siang ini dan kebetulan sebagian keluarga pun mulai berdatangan.
"Nak.. Itu orang rias nya udah datang.. Langsung disuruh naik ke kamar yaa..??" tanya mama dr luar kamar.
"Iya ma.. Langsung ke kamar aja.. Aku jg udah siap.." jawab ku sambil merapikan gaun yg aku kenakan untuk hari ini.

Tak lama kemudian, suara ketukan dr luar kamar ku.
"Masuk.." jawabku.
"Maaf mba.. Saya yg rias mba nya.." dia mengenalkan diri.
"Owh iya mbaa... Masuk aja. " aku duduk depan meja rias ku dan dia pun memulai pekerjaan nya.

Dimulai memakai pelembab, merapikan alis, bedak dsb.
Aku hanya memejamkan mata saja... Sembari berpikir, sudah tepatkah pilihanku ini.

Tetapi, lamunan ku dikejutkan oleh opi dan umai yg datang ke kamar.
"Teh.. Opi pinjem jilbab yg ini yaa.." tanya opi merusak lamunan ku.
"Owh ..iya dek.. Ambilah.. Eh dek, umai pake blangkon gak.. Hhaa.." tawa ku seketika melihat umai sedang memegang blangkon..
"Iya teh.. Ntar pake blangkon.. Eh teh, cantik teh.. Tteh pake jilbab itu.." puji opi
"Iya dong.. Maksimal ini dek.. Hhaa " canda ku
"Ich si mba, bisa maksimal lagi nanti mba pas acara akad nya.." mba yg rias muka ku ikut berbicara.
"Hhaaa.. " tawaku dan opi..
"Ya udah teh, opi ke kamar dl.. Ada ibu sm ayah soalnya.." opi menggendong umai menuju kluar kamar.
"Udah pada datang dek yaa..?" tanya ku melirik mereka dr kaca.
"Iya teh.  dah datang smua.. Ada mami, ada mama rita, ada om alek, om edi, buk eti, kak oca.. Rame lah teh.." jawab opi
"Okey dek.." senyum ku

--
Setelah selesai aku di rias sedemikian rupa, dengan segala make over diwajah ku.
Akhirnya aku melihat utuh diriku sepenuhnya, sendiri dr kaca rias dikamarku.
"Cantik.. " pikirku dan tersenyum.

Tiba2 ponsel ku berdering dan kulihat nama mas ilmi.
"Iya mas.. " jawabku.
"Dek, 20 menit lagi mas sm keluarga menuju kesana yaa.. Kamu dah dandan dek..?" tanya mas ilmi..
"Hhaaa.. Mas mau tau aja deh.. " balasku dengan tertawa
"Ich kamu.. Yaa udah, sampai ketemu nanti yaa.." tutup nya.

Aku segera keluar kamar dan turun melihat mama ku dan keluarga ku yg lain.
"Ma.. Ma..." teriak ku dr tangga
"Kenapa nak.." jawab mama ku dengan melihat ku pangling.
"Cantik nak... " lanjut mamaku.
"Iya dong.. Anak siapa dl.." jawabku sombong.

"Ma, itu mas ilmi setengah jam lagi berangkat kesini.." lanjutku dengan senyum.
"Ciee.. Ayin dah cantik.. Dah mau jd istri nya orang.." ibu eti mengeluarkan guyon nya
"Ich ibu mah.. Malu jadinya.." senyum ku
"Bang.. Kiki mana.." tanyaku  ke robbi
"Ada teh barusan turun.. Mungkin lg ke belakang.." jawab robbi.
"Owh.. Ya udah, ma.. Bu.. Ayin ke atas dl yaa.. Kan ayin emang blm boleh turun.." pamit ku ke keluarga ku yg berkumpul di ruang tengah

Aku kembali ke kamar dan ternyata dikamar sudah ada kiki,
"Eh dek, dicari dibawah juga.." kaget ku
"Teh.. Kiki pake yang ini yaa.." dia memilih accesoris jilbab yg ada di kasur ku.
"Iya dek, pake aja.." aku menghampiri kursi disamling tempat tidurku.

Tiba2 kiki bertanya,
"Teh.. Udah fix bener sm mas ilmi..?" tanya kiki sembari dia melirik ku dr kaca
"Kenapa emang nya dek..?" aku melirik ke arah dia
"Gak apa2 cm setau kiki, terakhir tteh bilang bukan dket sm mas ilmi deh.." lanjut kiki
"Iya dek, yg kemarin kan sm kak afin.. Tapi, dia kayaknya anggep tteh adik aja gt.. Jd yaa udah, tteh terima pinangan mas ilmi.." jawabku dengan tatapan yg kosong.
"Tteh koq bs terima pinangan nya..? Bukan nya tteh bilang kalian sama2 keras yaa.." kiki mendekat.
"Semoga nanti gak gitu yaa dek.." senyum ku.
"Teh, mumpung blm ada keputusan kapan dan dimana.. Bisa tteh hentiin smua ini.." kiki duduk dekatku.
"Tapi dek..tteh butuh kepastian dan itu gak tteh dapetin dr orang yg tteh suka.. Mereka hanya baik sebatas teman, sahabat, adik atau..." omongan ku diputus kiki
"Teh.. Gini, tteh jalani ini sama aja terpaksa dong.. Dan ini gak bagus teh.. Gak baik, utk tteh atau utk mas ilmi.. Kiki tau, mas ilmi baik.. Cm kan, tteh kenal dia baru beberapa bulan.." jelas kiki dengan yakin
"Udah dek... Semoga ini pilihan yg tepat, mama juga suka kan sm mas ilmi, mama setuju.. Mama support... Jd doain yaa dek.." senyum ku meyakinkan adik ku.
"Iyalah.." dia membalas senyum ku

--

Mas ilmi tiba dirumah ku, dengan keluarga besar nya. Aku melihat mereka dari jendela kamar ku yg menghadap depan rumah ku.
Mereka masuk ke rumah ku dan tak lama kemudian aku dijemput kiki untuk turun ke bawah.
"Teh.. Lanjutkah cerita ini..?" tanya kiki
Aku hanya jawab demgan senyum dan melangkah keluar kamar.

Aku dan kiki menuruni tangga dan benar, ini acara yang cukup ramai dengan keluarga ku, sahabatku, temanku dan smua kerabat ku.
Aku hanya tersenyum ketika semua orang melirik ke arah ku, termasuk mas ilmi.
Aku duduk disamping mama dan kiki juga keluarga ku yg lain.
Menghadap ke arah mas ilmi juga keluarga besarnya.
"Owh tuhan, semoga pilihan ku benar.." bisik ku dlam hati.

Sambil mendengar mc yg membawa acara demi acara, akhirnya tibalah acara inti yaitu tukar cincin.
Sebelum tukar cincin, mama ku bertanya kepada ilmi..
"Nak ilmi, yakin kah kau dengan anakku..?" tanya mama ku dengan senyum
"Iya ma.. Saya yakin.. InsyaAlloh saya akan menjaga anak mama selanjutnya.." jawab mas ilmi dengan tegas.
Akhirnya mas ilmi memasangkan cincin ke tangan kiriku.
Aku pun tersenyum melirik mas ilmi dan mencium tangan orang tua mas ilmi dan sebaliknya.

"Yaa tuhan, kenapa aku merasakan ragu tuhan.." ucapku di benakku namun aku tetap tersenyum mencoba menyembunyikan rasa ragu yg ada di hatiku.

Hingga acara selesai.

--

Cahaya mentari masuk di celah jendela kamar ku, membuatku silau dan melirik ke jam.
"Dah jam 6.30" pikirku.

Aku bangun, dan seketika aku melihat cincin yg sudah melingkar di jari kiriku.
Seketika juga aku sadar bahwa aku akan mendekati masa dimana keputusan dan rasa keraguan itu harus dimusnahkan.

Aku raih ponsel ku, dan aku buka aplikasi media sosial ku.
Aku upload beberapa foto kemarin pada saat acara tunangan ku.
"Ping" notif masuk dr ponsel ku dan kulihat kak afin.
"Iya kak.." balasku
"Adek tunangan..?" balasnya lagi
"Iya kak.. Doakan lancar ya.." aku segera membalas pesan nya.
"Owh.. Selamat yaa. Semoga bahagia." singkat balasnya namun aku bisa membaca arti dr kata yg singkat itu.

Aku kembali masuk dalam dunia lamun ku, kembali bertanya tentang perasaan kak afin.
Yaa, sebenarnya aku menaruh rasa kepada kak afin.
Tetapi, dia tidak juga memberi signal hijau maka itu lah aku putuskan menikah dengan mas ilmi.

Aku letakkan ponsel ku dan aku turun menemui keluarga yg masih menginap dirumah.
"Ma.. Ma... Aku pinjem mobil nanti yaa.." aku menghampiri mamaku yg sedang duduk dimeja makan.
"Mau kemana nak.. Jgn jauh2.. Kamu th mau nikah.." jawab mama ku.
"Iya ma.. Cm mau ke rumah temen.." aku memeluk mamaku.
"Ma.. Kiki bawa yg satu yaa..." kiki menimpal dengan rayuan yg aku buat
"Mau kemana lagi dek kamu tuh.." aku yg menjawab
"Ich orang aku nanya mama juga.." kiki sedikit sebel denganku.
"Iya.. Bawalah dek.. Jangan ribut ah.. Umai manaa yaa.." mama bertanya kepada opi yg sedang makan.
"Masih tidur ma sm abang dikamar.." jawab opi
"Teh, nanti opi titip pampers umai yaa teh ." opi melirikku.
"Iya dek... Nanti bbm aja biar tteh inget yaa.." senyum ku dan segera berlalu dr sana.
"Gak makan nak..?" tanya mamaku
"Mau mandi dl ma, ntar baru sarapan abis tuh pergi.. " jelasku.

Dan aku menaiki tangga dan segera mandi.

--
Aku mengemudi mobil ku ke arah pluit. Menuju mall di daerah sana.
Ponsel ku berdering, dan krn aku sedang mengemudi maka aku terima melalui headset ku.
"Assalamu'alaikum.. "Jawab ku.
"Wa'alaikumsalam.. Dek, kk lagi didaerah serpong. Adek dimana..?" aku mengenali suara ini.. Yaa ini suara kak afin.
"Ayin lagi di pluit kak, ketemuan di pluit aja yaa.." jawab ku biasa.
Aku selalu menahan rasa kepada kak afin, maka dari itu aku berusaha keras menahan suara ku agar terdengar datar.
"Oke dek.. Kk sekarang meluncur kesana.." ttup nya

"Mau ngapain yaa.. "Pikirku..
Tapi aku tetap membuang perasaan aneh yg muncul dihatiku krn aku sekarang sadar, bahwa aku akan menikah dan mencoba memegang prinsip itu dengan kuat.

--

Tiba lah aku di pluit, aku mencari apa yg ingin aku cari hingga aku melupakan bahwa aku punya janji dengan kak afin.

Benar saja, kak afin menelpon ku..
"Dek dimana.. Kk di star**** nie.. Kesini yaa.."
"Owh iya kak.. Ayin kesana, bentar yaa.. " aku segera membayar belanjaan ku dan segera menemuinya

Dan aku melihat dia duduk disudut cafe itu,
"Assalamu'alaikum. " aku mencium tangan nya
"Wa'alaikumsalam,,abz belanja dek .?" dia melirik ke barang yg aku bawa
"Ada kebutuhan dkit kak.. Eh, kk ngapain ke jakarta.. Bukan nya lg sibuk sm haul abah yaa..?" tanyaku sembari meletakkan barang ku ke kursi yg kosong didekatku.
"Udah selesai dek.. Kk kaget aja adek upload foto itu kemarin.." dia melihatku dengan serius
"Hhaaa... Iya kak, kemarin mau kasih kabar tp lupa.." senyum ku.
"Eh adek mau minum..? Makan..?" dia memanggil karyawan di cafe tersebut.
"Samain aja kak.." aku mengecek ponsel ku

Setelah dia memesan makan dan minum. Dia lagi lagi menatapku.
"Dek.. Serius..? Keputusan adek bener..??" tanyanya dengan nada serius
"Iya kak.." jawabku dengan mengeluarkan senyumku.
"Kk boleh nanya..??" dia menatapku dengan dalam.
"Apa kak..?" aku bingung.
"Bukan dia yg adek cinta. Benar..?" dia masih menatapku.
"Apa sih kak, gak lah.. Ini udah dibuat keputusan nya. Jadi yaa artinya inilah adanya.." jawabku berusaha menyembunyikan rasa ku untuknya.

Tak lama, makanan yg kami pesan datang..
Dan aku segera meminum, untuk mengurangi rasa canggung ku.
"Dek.. Adek gak cinta dia..!!" dia menegaskan kembali.
"Apa sih kak. Udah deh.." aku cemberut.
"Masih suka cemberut..?? Apa dia bs menerima childish nya adek..?" dia lagi lagi bertanya.
"Stop kak. Percuma juga. Toh... Ah sudahlah.. Ayin laper. Boleh makan..?" putusku mencoba mengalihkan pembicaraan itu.

"Okey.." jawabnya.
Hingga akhirnya aku dan dia berpisah, hingga hari pernikahan ku tiba.

--

Sebelum hari akad ku berlangsung, dirumah seperti biasa..
Mengadakan pengajian agar acara ku berjalab dengan lancar..

"teh.. Pinjem baju yg kemarin yaa.." opi masuk kamar ku memecahkan lamunan panjangku.
"Ee.. Ehm.. Iya dek.. Ambil aja di lemari.. Pilih aja.. Utk siapa..?" tanya ku terbata bata.
"Teteh kenapa..?" opi bingung melihat tingkahku.
"Gak kenapa kenapa dek... Baju nya untuk siapa..???" aku mencoba meyakinkan opi.
"Yakin teh.. Kok makin kesini tteh makin gelisah..???" tanya opi
"Ntah lah dek.. Teteh mau meyakinkan aja . "
Jawab ku singkat.

Akhirnya opi tersenyum dan meninggalkan kamarku, di kesendirian ini aku lagi lagi berpikir.. Benarkah pilihan ku ini.
"owh tuhan, kenapa rasa ini berbeda.. Seperti tidak yakin.. Tp gk mungkin.. " aku lirik cincin di tangan kiri ku sembari menarik nafas panjang.

"Nak.. Hayu, turun.. Acara pengajian nya mau dimulai.." mama mengejutkan lamunan ku.
"Eh.. Ehm.. Iya ma.." jawabku terbata.

Acara pengajian berlangsung dengan khidmat dan lancar, hari pernikahan itu hanya dalam hitungan hari saja.

--

*mentok ceritanya.. Buat yg punya saran lanjutan nya, bisa dikasih saran dong ..*
😊😊😊😊

Maret 05, 2016

Sahabat

Heii, hadir lagi..
Kali ini nyata ceritanya, krn diambil dr awal cerita para sahabat saya...
Mulai aja yaa

---
Sekitar tahun 2014 bulan desember..
Dikantor saya, ada karyawan baru.. Sama2 di posisi yg sama.. Purchassing..
Kebetulan pd hari itu saya ditugaskan diluar kota, jd hanya saya dapatkan info melalui temen yg lain..
Keesokan harinya, saya pulang dr dinas..
Pagi2 banget, seperti biasa.. Aku datang jam 7.30 wib teng.
Krn jauh seh lokasi kantor ke rumah, makanya selalu datang lebih awal..
Padahal jam masuk jam 09.00 wib..😀 (kepagian yaa..), seperti biasa juga setiba nya dikantor.. Saya selalu absen terlebih dahulu walau tetep yang no.1 nya security sm OB nya.. Hhee

Setiba diruangan, saya selalu browsing.. Sempetin waktu ngecek medsos, ngeprint tugas kantor yg belum sempet di selesaikan, atau sekedar selfie..hhee
Tak lama aku datang, eh ruangan ada orang yang ingin masuk.. Krn ruangan kebetulan ada kunci yg gk smua orang bs akses masuk, jadi aku hentikan kegiatan nyeleneh ku..

Ternyata yg masuk, seorang cwek, pke jilbab.. Yg datang trus menghampiri ku
"Mba Arien yaa..???" sapanya
"Eh iya.. Anak baru yaa .?" balasku
"Iyaa.. Eh mba.. Kenal sm kak rio yaa..?" tanya nya to the point.
"Hahaa.. " jawab ku dgn tertawa
"Ih malah ketawa, kenal yaa mba..?" dia duduk di sebelah
"Iya.. Kenal.. Temen kuliah dulu...kenapa..?" tanya ku mulai serius
"Aku dpt info masuk sini dr dia.. Katanya ada lowongan.. Aku coba, eh diterima.." dgn suara yg lucu menurut ku, juga tawa nya yg khas membuat aku jd ikut tertawa..
"Owh.. Gt.. Jd dia yg ksh info.. Hemz.. " jawab ku dan kembali ke komputer ku.

Tiba2, dia kembali bertanya.
"Eh mba.. Ini meja mba yaa...?" tanya nya
"Lha.. Iya.. Kenapa..??" tanya ku heran lagi..
"Trus aku dimana.. Kemarin aku disini.. Pas mba keluar kota.." dia terlihat bingung
"Disini aja.." Aku menunjukan meja kerja disebelah kiri ku..
"Owh.. Terus komputernya mana...?" tanya nya lagi
Walau dlm hati aku sebel yaa sm nie anak.  Banyak tanya iya.. Nanya konputer, nanya ini itu.
"Hemz.. Nanti deh tunggu che2 datang" bls ku singkat
"Iya deh.." jawabnya singkat sembari ia merapikan tas nya, meja kerja nya dan lain2

Hari itu berlalu dengan begitu saja, seperti biasa aku disuruh untuk membimbing nya krn baru.. Walau aku sendiri terbilang baru yaa, tp krn senior agak cuek disana.. Jd yaa, sebagai junior yg beda berapa bulan.. Aku mengajarinya..

Aku sendiri sampe lupa mengenalkan nya pada kalian, nama dia "Amrina Puspita S.", anaknya lucu, polos, gk neko2, lulusan dr Salah satu univ Jogja, fakultas teknik..terlihat sedikit tomboy, tp sebenernya asyik..

Hari berlalu begitu saja, hingga akhirnya aku dan dia menjadi temen deket..
Baru sekedar dekat yaa, krn kita berteman sebatas temen kantor .
Tp lama kelamaan, berubah.. Kami jd cocok utk bercerita ttg segala hal, dr mulai masalah kantor, masalah diluar kantor bahkan hal pribadi.
Baik dia atau pun aku, sama2 bisa menerima kekurangan antara satu dengan yg lain .

Ketika satu kena marah atasan, pasti aku juga ikut diem.. Krn liat dia menahan marah, mau ngebantuin jg gk bisa..
Tp sepulang kantor, kita selalu cerita tentang hal tersebut yg ujung nya membuat kami jadi tertawa..

Ahh, bareng dia mah kayak gk ada masalah.. Abis dia serius, aku yg bercanda.. Dia bercanda aku yg srrius..
Kalian tau, baru ini yg bisa membuat ku menjadi nyaman dikantor.. Ngegosip bareng dia..
Hhaaa..
Walau nie bocah alim banget, senin kamis gk pernah tinggal.. Jujur, krn dia lah saya saat ini jadi rajin puasa juga.. Hheee..

Tp bener kok, rasulullah pernah bersabda "Jika kita berteman dgn orang penjual parfum, maka kita juga akan wangi.. Begitu sebaliknya.."

Nah, pernah suatu ketika aku sedang dalam kondisi galau berat.. Krn memiliki masalah pribadi (bukan masalah pacar yaa), dia lah yg buat aku jadi menangis sedu sedan diruang meeting..
Tp setelah bercerita dgn nya, hati jadi plong.. Berasa nyaman dan bisa melanjutkan kerja..
Krn saran nya juga lah aku bisa berpikir jernih..
Walau kadang mikir, "nie anak koq tumben waras.."

Tapi, suatu ketika ia kena marah abis2n sm atasan kami, krn pengiriman barang yg tidak sesuai dengan yg diminta..
Akhirnya, keesokan harinya ia tidak masuk..
Dia hanya sms,
"Rien, bilangin aku sakit yaa.. BT aku.. " aku jadi bingung ketika mendapati sms nya.
"Okey.." aku bls singkat tp meski begitu rencana ku akan datang kerumah nya atau bertemuan disalah satu tempat favorit kita hanya sekedar berbincang tentang ke BT'n nya

Aku dan dia pun bertemu, disana lah baru aku tau kenapa ia tak masuk kantor pd beberapa hari terakhir
"Aku BT rien, waktu loe gak masuk.. Aku diomelin abis2n krn pengiriman barang yg gak sesuai dgn permintaan proyek di T***P itu.." dia bercerita sembari meneruskan makan.
"Owh.. Trus.. Che2 marah2..? Ngebentak2..? Teriak2..???" krn emg itu kebiasaan atasan seh.. Hhaaaa.. Untungnya aku termasuk yg tahan dgn serangan itu.
"Iyalah.. Makanya aku mau resign.. Bsok aku krim lewat email aja.. Paling tinggal tunggu gaji aja.." jelasnya msh dengan nada kesal
"Trus.. Kerja dmn..? Udah lah.. Tahanin dl.. Sampe ttd kontrak baru.. Kali aja gaji naik.." aku mencoba menyemangati agar ia tak jd resign.
"Bodo ah.. Dah bulet keputusan.." ia dgn kekeh ingin resign.
Dan aku hanya bs mendesah sambil bercanda..
"Woii. Biasa aja kale th muka.. Gk usah sok imut... " jujur seh, klo nie anak resign.. Aku sepi, krn dikantor mah senior kami pd sok orang temen deket cm nie bocah.. Yg laen hanya sekedar nya aja..

Akhirnya keesokan harinya aku melihat ada email masuk dr amrina, bener ternyata ia mengundurkan diri..
Dan hrd kami menyetujui resign nya..
Dan aku melanjutkan kerja ku tanpa dia, tanpa ada orang di sebelah kiri ku, yg selalu ngeribetin klo printernya gk jalan atau hanya sekedar tlp dimeja ku..

Tetapi,
Pertemanan kami msh berjalan hingga detik ini, bahkan kami lebih sering bertemu, kala susah seh lebih tepatnya.. Hhaaaa
Bukan berdua, tp justru bertambah menjadi tiga orang .
Temen kantor satunya..

Sekarang, nggak hanya di BBM, di WA, tlp mania, sms, fb, smua medsos isinya grup tiga orang itu .
Aku, amrina juga tiara..
Walau bertiga tp klo ketemu dah kayak sekampung, rame..
Berisik..

Kita bertiga gk cm sekedar berkata manis, tp juga memberi tahu kekurangan diantara kami dengan kata2 yg dikategorikan "sindiran".. 😁😁
Tp dengan itu lah yg membuat kami jd makin dekat, menjadikan kami sahabat, saudara..

Krn menurut ku, sahabat itu yg memberi tahu kesalahan kita bukan hanya dengan kata manis.. Tapi juga dgn guyonan, ejekan, sindiran..
Pergi ruqiyah bareng, makan bareng, nonton bareng, bahkan punya tujuan yg sama yaitu bekerja di luar negeri.. Bukan tkw yaa.. Hheeee

Yaa, itulah cerita singkat persahabatan kami.
Dan semoga, walau gk sekantor lagi kami tetep bisa jalin silaturahmi dengan baik..
😊

05 maret 2016

Maret 03, 2016

Cinta dalam diam

Aku mengenal nya melalui sosmed, dia berumur 30 tahun.. Bekerja di salah satu BUMN di Jakarta..
Dia add aku terlebih dahulu di sosmed tersebut, setelah itu perbincangan dimulai..
Kebetulan pd waktu itu, aku baru saja menyelesaikan skripsi dan menunggu sidang di perkuliahan..
"Makasih, salam kenal.. " sapa ia memulai chating.
"Iya kak.. Sama2.." jawaban simple..
Hingga berlanjut lah bercerita tentang kegiatan ku, pekerjaan nya, dsb.
Hingga akhirnya komunikasi berjalan berhari2 dan pd saat yg sama2 sibuk, akhirnya kami punya inisiatif untuk tukar pin bbm..
Pertemanan berjalan hingga berbulan2, bertahun2..
Hingga aku telah mendapatkan pekerjaan dikota ku..
Singkat cerita,
Aku membuat status akan pulang ke kampung.. Dan dia yg tak disangka2 memulai percakapan..
"Neng, mau pulang kesini yaa..?" tanya nya
"Eh iya mas.. Bulan depan pulang.. Tahun baruan disana.." balasku..
"Wii.. Bawa pempek yaa neng.. Aku suka banget tuh.." Canda atau serius aku tak tau..
"Boleh lah.. Nanti dibawain pempek deh.." lagi2 bls ku serius..
Akhirnya obrolan tentang pempek di kota ini dia hampir tau, bercerita tentang pempek.. Tempat wisata lah..
1 bulan kemudian,
Keberangkatan aku tiba juga pempek untuk dia pun sudah siap..
Aku berangkat bersama adik sepupu ku yang sedang liburan sekolah dan juga sedang cuti sama seperti ku..
Kami menuji bandara bersama orang tua, oom2 dan juga tante2..
Dengan koper masing2..
Seperti hal biasa, pesawat malam pasti delay..
Akhirnya kami take off pada pukul 23.25 wib, sampai di Jakarta pun sekitar pukul 00.15 wib.
Setiba nya dikota kelahiran ku, aku disambut dengan jemputan Orang tua..
Yaa..
Bahagia seketika itu, ketika aku bertemu mami..
Karena, jujur.. Keberangkatan ku kali ini atas bujukan dr mami ku, dengan iming2 dibeliin mobil sm apartement..
Yaa.. Perjalanan dr bandara ke apartement sekitar 1 jam'n.. Kebetulan perjalanan agak lenggang krn memang itu adalah wktu yang sudah harusnya tidur..
Sampailah di rumah, rasa letih, capek, nyampur..
Rasa ingin tidur iya, tp mata masih ingin berdiri di koridor kamar ku, untuk menghirup udara jakarta yg sesak.. Macet..
Tp ntah kenapa, pd malam itu cuaca cukup segar..
Udara sehabis hujan, membuat ku merasa rindu akan kota ini..
Melihat lampu mobil yg lalu lalang, gedung bertingkat, rumah penduduk sekitar, juga jalanan yang panjang..
Keesokan harinya, aku awali dengan renang dibawah.. Bersama adek sepupu ku, juga tak lupa mengabarkan "mas bagoes" yang ku kenal lewat medsos bahwa pempek nya sudah siap..
"Pagi mas, mas.. Tasya dah di jakarta.. Mas bisa ke daerah ke******n gak..? " mulai ku untuk menghubungi dia melalui pesan singkat.
"Owh.. Iyaa neng.. Kapan tiba disini..? Aku kerja tp hari ini.. Sepulang aku kerja aja..gimana..?" bls nya
"Oke mas.. Td malem jam 00.15 wib mas.." bls ku singkat.
Seharian aku sengaja menghabiskan waktu dirumah, dikamar, nonton dan makan pempek . sedangkan mamiku, yaa.. Seperti biasa, mami ngurus bisnis nya di bogor..
Tp gak masalah, selain aku letih, dan juga menunggu kedatangan mas  bagoes .
Pukul 15.00 wib,
Hape ku berdering..
"haloo assalamu'alaikum.. Kenapa mas..?"
"Neng, maaf bgt.. Hr nie aku gk bs, lembur dikantor.. Besok aja yaa..." jawab nya, memberitahu bahwa dia blm bisa ke rumah..
"Owh.. Iya deh mas.. Siph.. Gpp.. "
Keesokan harinya,
"Neng.. Siang ini aku kesana yaa.. Alamat nya yaa neng.." dia pagi2 memberitahu rencana hari ini
"Owh iya mas alamat nya di ke******n, apartment grand ****** depan polsek ke****** mas.." bls ku menjelaskan alamat rmh yg mami beri.
"Siap neng nanti aku tanya2" bls nya singkat.
Tepat pukul 12.00 wib, dia datang..
Aku menemui di lobby bawah.. Dengan rasa deg degan.. Krn ini pertemuan awal..
"Mas bagoes..?" aku menyapanya yg sedang duduk di sofa lobby bawah..
"Neng yaa.." ia berdiri dan menghampiriku..
"Ia mas.. Waah.. Ketemu juga akhirnya.." senyum ku dengan menjabat tangan nya..
Obrolan pun berlangsung hingga tiba di dlm rumah..
"Ini mas pempek nya.." aku ke belakang mengambil pempek pesanan nya..
"Waah.. Makasih neng.. Ngerepotin.." senyum ia dengan nada yg khas jogja..
"Gpp mas.. " bls ku..
Kisah berlalu begitu saja..
Hingga aku kembali ke palembang dan dengan kisah yg membuat ku menerima perjodohan mami untukku dengan anak temen nya..
"Oke mi.. Aku pulang.. Dan aku mau di kenalin sm anak tmen mami.." aku mengirim pesan yg secara mendadak..
"Serius nak..? Mami pesen tiket besok utk kamu. Besok mami jemput.." bls mami senang.
Singkat cerita, aku dipertemukan dengan anak temen mamiku.. Yang rekanan mitra bisnis mami..
Nama tmen mami ku, sebut saja Om Wid..
"Ini nak.. Temen mami kecil dl.. Sampe sekarang.. Om wid.." mami mengenalkan kepada ku
"Iya om.. " aku cium tangan om wid layak nya orang tua ku.
"Wah ini dah gede banget.. Dulu kamu msh kecil.. Skrg kerja dimana..?" tnya om wid..
"Dia aku suruh pulang wid, kemarin di palembang dia kerja di kontraktor.. Skrg disini aku suruh handle usaha aku lah yang di lebak bulus sambil coba2 ikut test pns.." jawab mami dan aku hanya senyum2 sambil melihat2 mana anak om wid ini..
"mi, om.. Tasya kesana dl yaa.. Kayak nya bagus tempat nya.." aku menunjuk sebuah taman kecil.
"Iya nak.."
Aku berjalan menuju taman kecil yang penuh lampu dan cantik..
Aku memilih duduk di kursi, dan duduk sendiri disana..tp seketika lamunan ku buyar..
"Neng tasya..?" seseorang menepuk ku dan menyebut nama ku, aku melihat ke arah yg memanggilku dan perasaan kaget..
"Mas bagoes..???" jawab ku kaget dan dia pun tertawa..
"Ngapain disini neng..? " dia pun duduk dikursi yang kosong pas didepan ku.
"Ngikut mami mas.. Ini mitra kerja nya mami.." jawab ku dengan memberi senyuman..
"Owh..gt.."
Akhirnya obrolan kami terputus, ketika mami memanggilku..
"Nak.. Sini.." panggil mami..
"Tasya tinggal dulu mas yaa.." aku berdiri dan segera menghampiri mami..
Aku berjalan ke arah mamiku, dengan senyum lucu..
"Kemana aja seh.. Ini td ada anak om wid.. Kamu seh malah kebelakang.." mami mulai celoteh dan aku tidak hiraukan itu.. Krn aku memikirkan mas bagoes..
"Eh tasya, mana yaa td anak oom.. Bentar oom tlp.." om wid berlalu sebentar dan kembali lagi ke meja kami..
"Sebentar lg dia kesini lin, nanti om kenalin sm anak om yaa.." om wid memulai maksud dan tujuan nya dan aku hanya bs tersenyum
Tak lama kemudian,
Anak om wid datang dan duduk di depan ku..
Lagi-lagi aku kaget, melihat sosok yang datang dihadapanku..
"Mas bagoes..???" aku kaget melihat om wid dan mami..
"Lah kalian sudah kenal..?" om wid heran.
"Iya pa, temen aku tasya nie.." jawab mas bagoes
"Syukurlah kalau begitu.." om wid menjawab dengan nada senang..
Obrolan dimeja itu pun membuat ku merasa bahagia.. Selain aku mengetahui yang dijodohkan mami adalah mas bagoes, lelaki yg ku kenal melalui sosmed..
Juga ternyata anak temen dekat mami..
Ntah ini rekayasa om wid dan mami, atau memang ini urusan bisnis mereka yg tak kenal akan waktu..
"Nak.. Mami malem ini harus ke jogja.. Jd kamu pulang pke taksi aja yaa.." mami yg secara terburu2 ingin meninggalkan aku
"Jangan tante, biar nanti aku yg anter pulang.." mas bagoes menjawab.
"Owh.. Iya deh. Makasih ya goes.. Tante buru2.. Nanti ksh kabar yaa klo dah dirumah.." mami segera meninggalkan kami.
"Yaa udah.. Goes.. Kamu anterin tasya pulang.. Udah malem.. " om wid menyuruh mas bagoes utk segera mengantar ku pulang.
Di perjalanan akhirnya mas bagoes mengajak berbicara tentang semua hal..
Termasuk perjodohan ini.
"Neng tau maksud dr papa aku dan mami nya neng..?"
"Iya mas.. Tau.. Tp tenang mas, tasya tau mas udah punya calon kan.. Nanti tasya ksh tau mami sm om wid pelan2.." senyum ku
Dan ia hanya tersenyum kecil.
"Makasih yaa mas udah nganterin smpe rumah ini.." ucapku sebelum turun dr mobil nya.
"Iya neng.. Besok mau kemana..?" tanya nya..
"Kerja mas..." balasku.
"Okey.. Hati2 yaa.."
"Owh.. Uhm.. " aku gk tau harus jawab apa.
"Ya udah.. Selamat malam neng.." ia melaju mobilnya
Keesokan harinya, sebelum bekerja.. Aku memulai obrolan dengan mami.
"Mi.. Tasya mau dijodohn.. Tp mi, jangan mas bagoes yaa.." aku mulai obrolan ketika mami menonton.
"Kenapa..? Dia baik kan.. Sopan.. Mapan.." mami heran.
"Mi.. Mas bagoes itu tmen lama tasya.. Dan tasya paham mas bagoes gimana... Mi..." seketika aku diam dan tak bisa melanjutkan pembicaraan ini.
"Kenapa... Ada apa.. Bagus dong nak klo dah kenal lama..." senyum mami meyakinkanku.
"Tapi mi.. Mas bagoes itu..." lagi2 aku diam
"Ada apa sih kamu th.." mami mulai penasaran
"Mi, mas bagoes udah punya pacar... Dosen.. S3.. Dan..." aku terbata bata meneruskan obrolan itu
"Serius..?? Sejak kapan..??" mami heran
"Iya mi.. Makanya tasya mau mundur dr kemauan mami dan om wid.." aku menundukan kepala
"Mami gak maksa nak.." senyum mami mencoba menyemangati langkah ku.
"Makasih mami.. Jd tasya boleh lanjut ke s2..? Dan...." lagi lagi aku diam
"Apa nak..?" tanya mami
"Kasih waktu aku utk  mencoba mencari sendiri pasangan..." suara ku pelan
Dan mami hanya tersenyum
"Ya sudah.. Mami mau ketemu klien di bogor lg. Mami pergi dulu.. Mobil mami bawa.. Yang atu dipake tiwi.. Kamu pke taksi aja yaa nak.." mami buru buru dan meninggalkan pertanyaan yg belum ia jawab.
"Iya mi.. Hati2.." balas ku dengan nada lemas.
Krn pukul sudah menunjukan pukul 7 pagi dan aku pun harus pergi bekerja untuk menangani perusahaan developer mami di salah satu kota jakarta selatan dan aku pun bergegas berangkat dari rumah.
Diperjalanan, om wid menelpon
"Hallo Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam.. Sya.. Dimana..?" tanya om wid.
"Di jalan om, mau ke kantor mami..ada apa om..?" tanya ku
"Nanti siang om ke sana ya.."
"Owh iya om.. Tasya tunggu.." aku jawab dgn segudang pertanyaan..
"Ya udah.. Om kerja dulu.." om wid mengakhiri percakapan kami di pagi hari itu.
Setiba dikantor aku pun dikenalkan oleh manager HRD kantor mami, bahwa aku akan menghandle smua pekerjaan dikantor dan juga di tunjukan ke sebuah ruangan yang cukup nyaman, dimana itu akan jadi ruangan ku.
Mulai lah aku mempelajari beberapa file dan jalan nya bisnis mami ku.
Hingga akhirnya hari pun sudah menjadi siang dan aku masih berkutat mempelajari hal hal di kantor ini.
Tiba2 terdengar ketukan pintu yang mengagetkan ku.
"Masuk.."
Ketika pintu dibuka aku kaget, ternyata om wid yang datang.
"Owh om wid.. Yaa ampun.. Maaf om berantakan meja nya, lagi belajar nie om.." sambil ku bereskan berkas yang ada di meja ku
"Udah gak apa apa nak.. Om kesini cuma mau tanya sesuatu.. Boleh..???" om wid tanpa basa basi langsung menembak dengan pertanyaan.
"Boleh om.." aku terdiam
"Sya, benar kalau bagoes udah punya pacar..???" tanya om wid serius
"Oo.. Ehm.. Itu om.. Ehm.." aku tak tau harus menjawab apa.
"Jawab aja nak.. Oom cm pengen tau.." om wid tersenyum.
"Uhm.. Iii..iya.. Om.. " aku jawab dgn terbata bata.
"Kamu tau dr bagoes langsung..?" tanya om wid lagi
"Iya om.. Seorang dosen yang lagi menempuh s3 di kota m****g.." jawabku..
"Owh.. Dosen..." jawab om wid datar.
"Ada apa om..?" aku heran dgn jawaban om wid yang begitu santai.
"Bagoes blm cerita yang lebih jauh lagi..?" tanya om wid
"Belum om.." lagi lagi aku terdiam dan tertunduk.
"Ya sudah.. Om pamit yaa.. Selamat bekerja.." senyum om wid
"Makasih om.." aku tersenyum
"Owh iya.. Kamu pulang sendiri..? Bawa mobil nak..?" tanya om wid
"Iya om.. Nanti pulang sendiri, kebetulan hari ini pake taxi om.." jawab ku tertawa kecil.
"Oo.. Hati hati yaa.. " om wid berlalu
Akhirnya sore pun tiba dimana smua karyawan pulang.. Dan aku masih menunggu taxi yang belum datang..
Tiba2 aku dikejutkan dengan kedatangan mas bagoes ke ruangan ku.
"Hei neng.." kejutan dr mas bagoes.
"Lho mas bagoes..???" aku kaget melihat ia masuk ruangan ku
"Iyaa.. Aku kebetulan lewat.. Jd mampir.." mas bagoes duduk dihadapanku.
"Owh.. Gitu..." aku tersenyum
"Mau pulang..? Yuk.. " mas bagoes senyum dengan nada jawa nya yang khas.
"Tapi.." aku belum selesai bicara mas bagoes sudah menarik tangan ku untuk bangkit dr kursi ku
"Hayuu.. " senyum nya
Dan aku pun hanya terdiam dan tersenyum, sembari berjalan beriringan dengan mas bagoes.
"Owh tuhan... Perasaan apa ini.." tanya ku dalam hati dan melihat mas bagoes yang tersenyum.
Tiba juga kami di basement apartement,
"Makasih mas udah nganterin pulang.." senyum ku
"Sami2 neng.." ia membuka kunci mobilnya dan aku pun membuka pintu mobilnya namun ketika aku ingin turun,ia bertanya
"Neng.. Tunggu.. Bsok sabtu kan.. Kita jalan jalan yuk.. Aku bawa kamu ke tempat dosen pribadi aku ." dengan tersenyum ia menatap ku
"Eh.. Uhm.. Ngapain mas..?" tanyaku bingung
"Ikut aja.. Oke.." ia menutup pertanyaan ku
"Ii.. Iya mas.. Selamat malam mas.." senyumku dgn rasa ingin tau
Aku memasuki lift dan tersenyum kecil, mengulas apa yang terjadi di malam ini..
Aku berbicara banyak hal dengan mas bagoes, bercanda dan tertawa bareng..
Namun, seketika aku sadar..bahwa ini hal yang harus dijauhi.. Karena, aku tau mas bagoes sendiri memiliki kekasih..
"Owh tuhan.. Aku salah.." aku tiba di depan pintu rumah ku.. Dan masuk.. Melihat adik sepupu ku sedang menonton..
"Hei dek.. Mami gk pulang kesini yaa..?" tanyaku
"Enggak teh kata mami dia tidur di cempaka.." jawabnya..
"Owh. Kamu dah makan..?" tanyaku lagi
"Hehe.. Belum teh, nungguin tteh.." senyum kecil ia menjawab..
"Aduh.. Kita delivery aja yaa, tteh jg belum makan.." aku mengeluarkan hp ku dan menghubungi delivery di salah satu restoran terdekat
Kami pun memakan berdua.. Yaa.. Jika mami tidak pulang, maka dirumah ini hanya kami berdua..
Hingga akhirnya kami tidur..
Tepat pukul 09.00 wib di hari sabtu, mas bagoes datang ke apart.. Dan kami segera pergi ke m*****g, ntah apa tujuan mas bagoes..
Hingga mengajak ku untuk menemui kekasih hatinya, dia baik, dia care.. Tp aku tau dia memiliki kekasih..
Disepanjang perjalanan, dia bersikap lembut (karena memang jawa yaa.. Jd lembut..), ia bersikap begitu peduli, lucu, menyenangkan.. Hingga aku lupa tentang rasa ini..
Dan tak terasa kami telah memasuki kota yg menjadi tujuan nya..
Hatiku mulai berdegub kencang, takut...
Yaa.. Takut, apa yg harus ku lakukan nanti.. Ketika melihat dia bersama wanita nya dan mengenalkan kepadaku..
"Owh tuhan.. Kuatkan aku nanti..." ucapku pelan bahkan sangat pelan
"Kenapa neng..?" tanya mas bagoes
"Ah gak mas.. Hheee " jawab ku kagok.
Mobil kami melaju dengan pelan, ke daerah pemakaman..
Aku bingung, bahkan makin bingung..
"Harus lewat sinikah..?" tanyaku sambil lihat kiri kanan berharap ada plank nama jalan atau petunjuk
"Iya neng.. Kita dah deket kok.." jawab mas bagoes begitu fokus akan jalan di depan
"Hah..??? Rumahnya disini..?? Janjian disini..??? Atau...." belum tuntas aku bertanya tapi mas bagoes menghentikan mobilnya.
"Done.. Hayuu neng.. Kita turun.." senyum mas bagoes
Aku yang masih bingung dan masih duduk didalam mobil, akhirnya mas bagoes membukakan pintu ku dr luar.. Utk segera aku turun..
Aku pun turun dan mengikuti jejak langkah mas bagoes..
Hingga dia berhenti di satu pagar, dibawah pohon besar hingga suasana nya cukup rindang..
"Disini..?" tanyaku masih dengan perasaan bingung
"Iya.. Di dalam situ neng.." mas bagoes menunjukan ke arah pagar itu..
Aku mendekati pagar itu, dan aku mendapati sebuah batu nisan dan aku menoleh ke arah mas bagoes yang masih tertinggal dibelakangku
Dan mas bagoes menganggukan kepalanya, memberi isyarat kepadaku bahwa ia lah sang dosen itu.
Air mata ku tertahan, aku membuka pintu pagar itu dan masuk secara perlahan.
"Itulah sang dosen itu neng.." suara mas bagoes tertahan.
"Maksudnya mas..." air mata ini jatuh secara sendiri
"Dia orang nya neng, yg selalu aku jadikan profil picture di bbm, yg selalu neng lihat.. Aku selalu menghadirkan ia di hari ku, krn aku belum bisa menemukan pengganti yg tepat.." suara nya berhenti.
"Cukup mas.. Aku ngerti.. Aku paham.." tangisku pecah tepat berada di atas pusaran sang dosen ini.
Ketika tangisku pecah, duduk disamping nisan ini, tangan mas bagoes mendarat di bahuku.
"Neng.. Aku sudah bisa melupakan.. Ketika aku..." dia menunduk
Aku diam dan melihat wajah nya
"Ketika aku bertemu kamu.. Aku secara perlahan bisa melupakan itu.. Dia mengirimkan neng utk ku.." lanjut nya perlahan
Aku hanya bisa diam, dan berusaha menahan air mata ku.
"Neng tau, kenapa aku mau jauh2 ke roxy hanya sekedar mencari kabel data sony yang neng Broadcast ke aku..?" dia mencoba mengingatkan ku akan hal yang tlah lalu.
"Kenapa mas..??" suaraku pelan
"Krn aku selalu memperhatikan neng, mengikuti setiap gerak neng, melihat aktifitas neng.. Walau kita jauh... Aku menyimpan rasa ini dalam diam..." mas bagoes menatap mata ku secara dalam.
Aku lagi lagi hanya bisa terdiam dengan terus menatap matanya dan seketika aku tak mengerti apa yang sedang tuhan rencanakan untukku.
"Neng.. Will you married me..???" mas bagoes berlutut dengan melihatkan sekotak kecil yg aku yakin itu adalah cincin..
"Mas... A..aku.." aku bingung, dan tak mengerti apa yg harus ku jawab..
Tiba2 suara mami, om wid, dan adik sepupu ku juga sahabat ku mengeluarkan suara..
"Hayoo sya... Terima.. Terima.. Terima.." teriak mereka.
Aku menoleh ke arah mereka dan kaget melihat smua orang yg dekat dengan ku hadir disela kejadian ini..
"Neng..." ia memanggil berharap aku jawab pertanyaan nya..
"Mas.. Aku...." bibirku kelu dan menangis bahagia..
"Ehe.. So.." senyum mas bagoes.
"Yes.. I do.." tangis bahagia ku pecah
"Thanks neng..u know that, i'm so happy.." ia mengeluarkan cincin itu dan meraih jari ku.
Aku pun tertawa bercampur bahagia, juga tangis..
"Yeeaaah... Akhirnyaaaa....!!!" tepuk tangan dr mami, om wid, temen2, sahabatku, juga adek sepupuku.
Aku terus menangis juga tertawa.. Dia meraih ku, membawa ku ke dalam pelukan nya..
"Mas..." aku berusaha lepas dr pelukan nya..
"Iya neng.." ia menatap ku..
"Makasih..." senyum ku
"Sama sama neng sayang.." kata kata ini keluar untuk pertama kalinya ia memanggilku sayang.
"Tapi..." aku pura2 mengeluarkan muka yang sedih
"Kenapa..??" tanya nya heran
"Gak ada tempat lebih romantis lagi selain di pemakaman..???" tawaku..
Yaa.. Akhirnya, sebelum kami pergi dr tempat itu..
Aku menghampiri nisan dosen itu lagi, yg tertulis namanya "Nindya Karina"..
"Mba.. Aku janji.. Aku janji akan menjaga mas bagoes, mencintai dia sepenuh hati seperti mba mencintai ia sepenuh hati.. Hingga ajal memisahkan kalian.."
"Iya sayang.. Aku percaya.. Dia juga pasti tersenyum..." mas bagoes menjawab dan memegang tangan ku erat.
Aku tersenyum, dan kami pun pulang..
Dan kini, aku percaya mencintai yang paling hebat adalah diam dan berdoa..
Mintalah campur tangan tuhan untuk semua yang kita cintai dlm diam..
Krn Dia tak membiarkan cinta yg suci, hilang begitu saja tanpa menyatu dalam ijab...
04 Maret 2016
Note : hanya cerita.. Yg terinspirasi dr sebuah khayalan..
Juga keisengan dr kumpulan cerita para sahabat.. 
#jangan dianggep serius..#

Maret 01, 2016

Ikhlas

Ibarat kata, mungkin ini sudah terlalu banyak untuk dituliskan..
Nafas ini, Detak jantung ini, hingga tiap kedipan mata ini sudah terlalu banyak dan tak terhitung..
Yaa..
Aku tau, hidup bukan lah untuk mengeluh..
Hidup itu hanya untuk dinikmati, dijalani, dan patut disyukuri..
Krn Tuhan, menciptakan smua nya dengan penuh tujuan..

Andai hati dibuat oleh manusia, aku yakin.. Hatiku sudah lama rusak bahkan tak mampu diperbaiki kembali..

Andai otak dibuat oleh tangan para profesor, mungkin aku tak kan sanggup berpikir sedemikian rupa hingga saat ini..

Ketika aku memulai untuk membuka pintu maaf, aku kembali melihat hal yg tak ingin ku lihat..
Ketika aku memulai untuk menulis kisah baru, aku kembali dibuat untuk melanjutkan kisah lama yg penuh dengan rasa dendam...

Sebegitu terjalkah perjalanan ku tuhan..?
Sebegitu tajam nya kah alur yg harus ku lalui ini, tuhan..???
Sehingga tak sedetik pun aku melewatkan dengan langkah yg indah..
Dengan ayunan kaki yg ringan..
Dengan senyum yg ikhlas..???

Yaa Tuhan..
Andai aku tidak mengingatmu, mungkin tak lama aku mampu bertahan sejauh ini..

Andai aku tidak mengetahui arti keikhlasan yg sesungguhnya, mungkin aku tak kan mau menahan sabar yg sedemikian banyak..

Tetapi,
Aku tau, ikhlas bukan hanya untuk diucapkan..
Tetapi dilakukan.
Krn aku tau,
KAU tlah menuliskan kata ikhlas pd Surah-Mu .
Yg tak satupun ada kata ikhlas.. Melainkan hanya dilakukan..

Aku berlindung pada-Mu, bukan hanya dr ujian ini .. Tetapi lindungi hati ku agar selalu mengingat-Mu..

Februari 19, 2016

Kalau sudah sakit, lantas kenapa harus takut akan pecahan gelas..?

Sakit.. Cukup sakit..
Mungkin kalian tidak akan pernah bisa merasakan betapa besar rasa sakit itu..
Hanya aku.  Yaa..
Hanya aku yg mampu merasakan..

Ingin menangis...???
Iyaa.. Aku ingin menangis.. Hanya saja, air mata ini seolah berhenti atau memang sudah habis aku pun tak tahu itu..

Seperti apa yang kau rasa..?
Aku seperti merasa tangisan yang harusnya jatuh di pipi ku, sekarang justru mengalir deras dihati ini.. Melewati garisan yang terluka dan membuat nya perih..

Ahh.. Mungkin kalian tak kan mampu percaya seperti apa yang aku rasakan..
Tp, percayalah..
Sakit ini, lebih dari rasa sakit yang ada di tubuh ini..

Aku ingin tangguh, aku ingin kuat,
Yang tak menangis ketika aku menginjak pecahan kaca, paku atau apapun yang bisa menyebabkan aku luka..
Tetapi, kali ini aku kalah..

Sakit ini, menjadikan aku ingin bermain dengan pecahan beling..
Karena, aku ingin menimbang rasa sakit yang disebabkan pecahan itu atau sakit yang tidak terlihat tapi justru menyebabkan aku lemah..

Aku jadi ingin memecahkan kaca itu, dan menari-nari diatas pecahan itu..
Dengan kedua kaki ku,
Aku ingin bermain dengan pecahan kaca itu, dengan kedua tangan ku..

Apakah masih bisa aku rasakan perih lebih dr rasa perih dihati ini..?
Aku kosong.. Aku merasa hampa Tuhan..
Sakit ini.. Aku menjadi lemah tak berdaya..

Bisakah kau sapukan pecahan ini bukan hanya dari kedua kaki ku, kedua tangan ku tetapi juga dari hatiku tuhan..???

19 Februari 2016

Februari 16, 2016

Aku tidak suka akan perasaan ini..!!!

Nyaman...
Ku temukan rasa itu pd dirinya, bahkan bukan hanya satu kata itu.. Ada banyak rangkaian kata yg aku pun tidak bisa menjabarkan nya..
Aku menghargai kejujuran itu, kejujuran yang selalu dia ucapkan..

Namun, kami berjalan mengalir begitu saja.. Tanpa ada komitmen dan yang lain nya.
Hingga membuat ku terjebak akan perasaan yang aneh ini.

Aku coba untuk menghindari, tp aku tidak bisa..
Ketika ingin menghindar, ada saja yang menyebabkan dia datang kembali..

Perasaan apa ini..???
Mengapa aku terlalu nyaman dengan perasaan ini.. Tetapi aku tidak suka..

Aku tidak suka ketika aku tau ada yg dekat dengan nya selain aku, aku tidak suka ketika aku mengetahui orang yg terdahulunya, Aku tidak suka ketika dia menyebutku dengan namaku, Aku tidak suka..

Aku merindukan hal yang aku rindukan terdahulu, dimana dia menyebutku dengan panggilan kecil tp manis.. Aku merindukan ketika dia khawatir ketika mendengar aku sakit, aku suka akan kecemasan nya..

Ah.. Tuhan..
Tak layak kah aku mendapatkan itu kembali..???
Jika tidak, jauhkan lah rasa ini..
Krn aku tidak suka akan perasaan ini...!!!

16 Februari 2016

Januari 16, 2016

Tidak dendam, namun kelemahan saya adalah mengingat

Separah-parahnya manusia, saya baru melihat manusia jenis ini yg hidup dimuka bumi ini..
Sejahat-jahatnya manusia, saya saksikan sendiri manusia jenis ini adalah jenis yang paling jahat..

Bukan berarti saya sendiri jenis manusia sempurna,
Bukan berarti saya sendiri adalah manusia yang jauh dr kata jahat juga kejam..

Namun, ketika saya mulai membuka hati utk memaafkan.. Melupakan.. Dan memulai lembaran baru..
Yy saya dapati justru hal yang hingga saat ini msh saya ingat..

Saya tidak dendam, saya tidak dendam..
Namun ingatan saya masih hapal dan jelas betul bagaimana kata-kata itu keluar dan melantangkan itu..

Saya tidak menangis.. Yaa.. Tidak menangis..
Sekuat tenaga saya tidak menangis pd saat itu.
Krn saya yakin,
Alloh selalu memiliki cara utk membalas smua perilakunya..

Dan betul,
Tidak butuh waktu lama Alloh menjawab yg benar itu adalah benar dan yg salah adalah salah..

Cukup kelang satu hari,
Alloh menjawab smua nya..

Dan tangisan hati saya pun sekejap berubah mrnjadi senyuman manis.
Bukan berarti saya bahagia atas duka orang lain..
Hanya saja saya bahagia bahwa Alloh masih menjawab smua doa saya..
Dan membuktikan pd smua bahwa saya tidak sejelek yg dikatakan manusia itu..

Akan tetapi,
Otak ini sudah terlanjut merekam smua kejadian itu..
Bahkan sampai detik ini, saya selalu dan selalu ingat akan hal itu..

Sampai kapan pun..
*dendamkah ini*

Januari, 16-2016