Juli 27, 2012

Kata-Kata Motivator Hebat

Saya tiba tiba saja teringat sebuah kejadian saat saya bersama Daisuke, adik saya Hanafi, serta tiga saudara tercinta saya, Rachman, Wisnu dan Maurya, bepergian ke Balikpapan beberapa waktu yang lalu. Kami ke Balikpapan dengan mengendarai motor untuk mengantar Maurya ke bandara Sepinggan.

Saya masih ingat, saat itu, saya berboncengan dengan Daisuke, saudara saya, Rachman berboncengan dengan Hanafi, dan Maurya berboncengan dengan Wisnu. Kalau tidak salah, saya mengendarai Honda CS1 125, Maurya mengendarai Yamaha Vixion 150 CC, sedangkan Kak Rachman mengendarai Motor Honda Blade 110R-nya.

Karena kami mengejar jam penerbangan yang terbatas, akhirnya saya dan Maurya memutuskan untuk berangkat lebih dahulu. Sedangkan Kak Rachman dan adik saya, Hanafi berangkat belakangan, karena masih ada tamu. Kurang lebih setengah jam kemudian, ia pun menyusul kami berempat yang telah berangkat lebih dulu.

Di sinilah letak sisi menariknya...!

Ternyata, Kak Rachman dan Adik saya, Hanafi yang berangkat setengah jam lebih lambat, bisa tiba lebih dahulu di Bandara Sepinggan, Balikpapan. Sedangkan saya dan Maurya tiba sekitar dua puluh menit sesudahnya. Itupun tidak bersamaan. Saya yang mengendarai Honda CS1 125 datang lebih dahulu, dan disusul dengan Maurya yang mengendarai Yamaha Vixion 150 sekitar 10 menit sesudahnya.

Saudaraku fillaah...

Jika kita bicara kemampuan kendaraan di atas pada kertas, maka Yamaha Vixion 150 CC akan kita tempatkan di urutan pertama dari segi keunggulan dan kecepatan. Disusul dengan Honda CS1 125 CC di peringkat 2, dan motor Honda Blade 110 CC di urutan ke 3. Lantas, mengapa dalam peristiwa di atas, situasinya jadi serba terbalik?

Saudaraku fillaah... Ini jawabannya...!

Saudara saya, Rachman, yang menaiki Motor Honda Blade, bisa sampai lebih cepat karena beberapa hal. Yaitu :

• Semangat tinggi akibat ketertinggalan.
Karena saya terlambat berangkat, maka berarti saya harus lebih cepat supaya dapat menyusul keempat rekan saya yang telah berangkat sebelumnya.
• Pengenalan terhadap medan berupa hutan yang lebih dibandingkan dengan kedua saudara saya.
Karena saya tinggal lebih lama di Samarinda, dan karena saya lebih sering bepergian Samarinda – Balikpapan, maka otomatis saya lebih mengenal medan dibandingkan dengan kedua pengendara lainnya. Saya jadi lebih tahu, dimana bagian bagian jalan yang cacat, bergelombang, berlubang parah, serta di mana letak kelokan tajamnya.
• Konsistensi dalam mempertahankan kecepatan motor untuk mencapai tujuan sesuai waktu yang ditentukan.
Dengan kemampuan saya dalam mengenali medan jalan, otomatis aspek kehati hatian saya jauh lebih menentukan kemampuan saya dalam mengatur dan mempertahankan ritme kecepatan motor, karena saya lebih tahu selahnya.

Sedangkan saya dan Maurya sedikit terlambat karena di samping kami saling tunggu, kami juga sempat singgah di sebuah warung untuk break dan minum.

Relasi dan analoginya :

Motor kita ibaratkan adalah alat dan motivator untuk mencapai tujuan.

Pengendara kita ibaratkan adalah diri kita masing masing.

• Seorang yang memiliki tujuan wajib memiliki semangat yang sungguh sungguh untuk meraih impiannya. Tidak mudah putus asa ketika dihampiri masalah atau kegagalan. Sebagaimana ketika sahabat saya telah tertinggal berangkat, namun tetap dapat menyusul dan bahkan sampai lebih dulu di tempat tujuan. Hal ini karena ia memiliki semangat yang tinggi dalam mengejar ketertinggalannya.

Jika ia hanya memiliki semangat yang biasa biasa saja, maka akan terjadi waktu tiba yang ideal dengan waktu keberangkatan semula, yaitu setengah jam setelah waktu tiba saya atau Maurya.

• Seseorang yang memiliki tujuan wajib mengenali dirinya, mengenali kekurangannya, mampu membuat gambaran permasalahan yang akan dihadapi, serta mengetahui apa apa yang harus dipersiapkannya untuk mengantisipasinya. Ia harus membuat step demi step yang matang untuk mencapai gol gol yang ia buat sebelumnya.

Sebagaimana sahabat saya yang mengendarai motor Blade di atas. Ketika ia mampu mengenali medan dan jalan yang akan ia lewati, maka aspek kehati hatiannya akan jauh lebih tinggi. Hal ini karena ia tahu letak jalan yang berlubang, bergelombang, maupun yang berkelok tajam. Sehingga jauh jauh sebelumnya ia sudah mempersiapkan langkah langkah untuk mengantisipasi kekurangannya tanpa merubah unsur kecepatan motornya.

• Seseorang yang memiliki tujuan, wajib konsisten dengan segala upayanya untuk meraih tujuan tersebut.

Seorang pelajar yang ingin lulus dengan nilai sempurna, maka ia wajib belajar secara konsisten setiap harinya, bukan hanya akan menjelang ujian saja.

Seorang yang ingin menjadi penyanyi yang eksis, maka ia harus konsisten melatih suaranya secara teratur, bukan hanya ketika akan tampil saja.

Seorang yang ingin masuk surga, maka ia harus beristiqamah untuk selalu berada di jalan-Nya. Dan lain lain. Hal ini sebagaimana peristiwa di atas, bahwa andai saja sahabat saya tersebut mengendorkan kecepatannya, maka tidak mungkin ia akan sampai di tempat tujuan sesuai dengan waktu yang disepakati sebelumnya.

• Bahwasanya seseorang untuk mendapatkan sebuah tujuan itu selalu disediakan alat, dan kemampuan manusia dalam mendapatkan tujuan itu sangat tergantung pada bagaimana ia menggunakan alat tersebut dengan benar.

Untuk mencapai kota balikpapan, telah disediakan motor Blade, Honda CS1, atau Yamaha Vixion sebagai pilihan. Kendaraan mana yang dapat membawa kita sampai lebih dulu sangat ditentukan oleh si pengendaranya itu sendiri. Karena, walaupun kendaraan yang digunakan adalah motor Yamaha Vixion, tetapi jika pengendara kurang tahu medan, kurang tahu cara memaksimalkan kendaraan, dan tidak berani ambil resiko maka ia tidak akan tiba sesuai dengan waktu yang diinginkan.

• Bahwasanya seseorang yang ingin mencapai tujuannya itu tidak selalu semulus yang dibayangkan. Terkadang kita ingin berhenti, menyerah, atau beristirahat sebagaimana yang saya dan Maurya yang sempat beristirahat di atas.

Terkadang kita terlalu memikirkan omongan atau opini orang lain sehingga tujuan utama kita seringkali tertunda. Sebagaimana terjadi pada saya dan Maurya yang saling tunggu satu dengan yang lainnya.

Kesimpulan :

Boleh boleh saja anda memiliki uang banyak untuk belajar di luar negeri guna meraih predikat S2 anda, tetapi kualitas S2 anda sangat ditentukan oleh keseriusan Anda dalam belajar dan menggunakan uang Anda itu dengan bijak.

Boleh boleh saja Anda ikut seminarnya Pak Andri Wongso, Pak Mario Teguh, Ibu Merry Riana, atau Bong Chandra. Tetapi kesuksesan Anda sangat ditentukan oleh kemauan Anda untuk melaksanakan pokok pokok materi seminar yang diajarkan pada Anda.

BOLEH BOLEH SAJA ANDA MEMILIKI BANYAK ALAT TERBAIK DAN ATAU MOTIVATOR TERHANDAL YANG MENJEMBATANI ANDA PADA SEBUAH TUJUAN, NAMUN SEMUA ITU BISA SAJA TIDAK BERFUNGSI JIKA ANDA GAGAL MERUBAH DAN MEMOTIVASI DIRI ANDA SENDIRI.

Karena...

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang merubahnya.” ( QS Ar Ra’du : 11 )

Tidak ada komentar: